UP45 dan AIBPM Laksanakan Conference of Project Management di Yogyakarta

Universitas Proklamasi 45 bersama dengan Association of International Bussiness & Professional Management (AIBPM) melaksanakan International Conference of Project Management dengan tema Corporate and Business Sustainability in The Global World di Hotel Grand Mecure pada 16-17 November 2019. Conference ini dihadiri 153 peserta dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, dan Kuwait yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan praktisi. Pada event ini, UP45 bertindak sebagai co host.

Keynote speaker dalam dalam kegiatan ini adalah Prof. Uttam Gaulee, Ph.D dari Star Scholarship Network, Dr. Sher Singh Bhakar dari Prestige Institute of Management, dan Dr. Daisy Kee Mui Hung dari Universiti Sains Malaysia.

Menurut Liem selaku President of AIBPM, kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi para akademisi dan mahasiswa dalam menuangkan ide-ide inovatif khususnya dalam bidang bisnis dan manajemen dalam bentuk paper ataupun jurnal ilmiah. “Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi kegiatan rutin di Jogja dan tahun depan juga bisa dilaksanakan di Jogja. Conference kami berikutnya akan diadakan di India pada tanggal 23 Desember 209, kami berharap peneliti, dosen, dan mahasiswa dapat bergabung di conference AIBPM berikutnya, tambah Liem.

M. Ali Sukrajap selaku Wakil Rektor Bidang Pemasaran dan Kerja sama sekaligus  mengungkapkan, “Kegiatan hari ini telah berjalan dengan baik dan berharap kegiatan ini terus berlangsung di masa yang akan datang di Yogyakarta”.

Senada dengan yang disampaikan Ali, Ira Kristiana selaku ketua Panitia juga mengungkap kegiatan ini berjalan lancar dan sangat menarik bahkan banyak presenter yang ingin mempresentasikan presentasinya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan. “Selanjutnya kami akan melaksanakan conference-conference di dalam maupun di luar negeri. “Jurnal-jurnal yang sudah dipresentasikan akan di publikasikan di International Journal of Supply Chain (Scopus Q4), Journal of International Students (Section Bahasa Scopus Q2), Opcion (Scopus Q3): Multidiciplinary Topic, Utopia (Scopus Q2): Multidiciplinary Topic, Kasmera (Scopus Q3): Health Topic, Journal of Advanced Research in Dynamical and Control Systems-JARDS (Scopus Q4): Engineering, Computer Science, Related Topic, and International Journal of Applied Bussines and International Management (DOAJ, CrossREF, Google)” tutup Ira.

PSIKOLOGI UP45: REFLEKSI KASUS PARENTING PADA MASYARAKAT SOROSUTAN

Kasus kekerasan di kalangan remaja merupakan permasalahan yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Upaya pencegahan dan mengurangi resiko kasus kekerasan tersebut dilakukan pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menanganinya. Salah satunya dengan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta melalui Fakultas Psikologi. Salah satu kegiatannya adalah refleksi kasus parenting yang telah terlaksana di ruang pertemuan kelurahan Sorosutan, Daerah Istimewa Yogyakarta (3/11). Kegiatan ini merupakan rangkaian program sosialisasi anti kekerasan terhadap anak yang dilaksanakan oleh Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Yogyakarta.

“Setiap keluarga memiliki cara mendidik anak di rumah dalam menumbuhkan budi pekerti dan budaya prestasinya. Orang tua perlu terus belajar untuk menyesuaikan perkembangan anak dan zaman”, ungkap Drs. Rumpis Trimintarta selaku Camat Umbulharjo dalam sambutannya. Rumpis menambahkan tentang peran pemuda, remaja dalam pembangunan. “Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda, remaja memiliki peran yang sangat strategis. Bukan hanya eksistensinya, yang akan mengisi kepemimpinan di masa depan, melainkan juga pada saat ini”, tandas Rumpis.

Polana Setiya Hati, S.SI, MM., perwakilan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Yogyakarta menjelaskan bahwa dalam acara ini para tokoh masyarakat Sorosutan difasilitasi untuk melakukan refleksi kasus bersama dengan pihak kepolisian serta kalangan akademisi. “Sasaran peserta sejumlah 100 orang, meliputi perwakilan jajaran pemerintahan Camat, Lurah, RW / RT, Anak usia SMP-SMA dan perwakilan para Orang tua”, jelas Pola.

Menurut Pola, remaja masa kini memiliki banyak kerentanan dan masalah-masalah yang mengancam masa depannya. “Masalah-masalah remaja yang dihadapi saat ini misalnya meningkatnya jumlah remaja yang terlibat aksi kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, dan kehamilan tidak diinginkan”, ungkap Iptu. Kardiyana dari Polresta Yogyakarta. 

Salah satu narasumber dalam kegiatan ini adalah Ekan Suliandari, Psikolog dalam kegiatan ini lebih memberikan pendampingan tentang cara pengelolaan emosi pada para remaja.

Narasumber lainnya dalam kegiatan ini adalah Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A. dari Fakultas Psikologi UP45 yang menekankan pada pembinaan dari sisi lingkungan keluarga dan sosial. Pada sesi ini para peserta sangan antusias melontarkan berbagai pertanyaan. Salah satunya dari Subandono (RT49), yang menanyakan, “Bagaimana caranya menghadapi untuk membatasi anak yang selalu bermain hp, marah ketika diperingatkan?” “Silakan diskusi dengan anak, buat semacam kesepakatan dan penting kita mengetahui aplikasi apa yang sering digunakan anak dalam hp nya” jawab Wahyu.

Pertanyaan lain datang dari Yulianto (RT52), “Putri saya SMP, dulu begitu dekat dengan saya dan memiliki hobi sama dengan saya yaitu mendengarkan lagu. Namun sekarang dia lebih suka menyendiri, gaya bicaranya kurang bersahabat seperti beberapa teman-temannya. Bagaimana cara agar saya dapat dekat dan berkomunikasi baik seperti dulu lagi?” Menurut Wahyu, sewajarnya di usia SMP anak cenderung lebih dekat dengan teman sebayanya. Alternatif agar orang tua tetap bisa dekat dengan anak yaitu orang tua harus mampu bersikap sebagai seorang teman, sahabat yang bagi anak.

Sedikit berbeda dengan penanya lainnya, Jubandi RT(50) menanyakan, “Bila orangtua, keluarga merupakan pembentuk karakter bagi anak, bagaimana cara membentuk karakter yang baik padahal ada lingkungan juga yang mempengaruhi?” Jawab Wahyu, “hendaknya orang tua menanamkan nilai-nilai positif sejak usia dini.  Ketika anak tumbuh dan berkembang di usia remaja, berikan perhatian, kebebasan dan kepercayaan agar anak juga belajar untuk bertanggungjawab”.

Pertanyaan berikutnya dilontarkan oleh Junayah (RT51), “Bisakah kami diberikan contoh-contoh perilaku kenakalan remaja dalam bentuk film agar kami lebih bisa paham hal apa saja yang sering dilakukan oleh remaja saat ini yang mungkin tidak kami ketahui?” Jawab Pola, “baik bisa, ini sebagai masukan bagi kami untuk menyajikan film tentang kenakalan remaja”.

Syukur (RW13) menanyakan, ”Saat ini sering ada berita tentang terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh remaja. Bagaimana membangun sikap mental terkait dengan spiritual bagi remaja?” Menurut Wahyu, teladan dari orang tua sangat penting. Remaja cenderung lebih bisa menerima dan memahami contoh nyata daripada nasehat atau sekedar teori. Kondisi keluarga yang harmonis akan membentuk sikap mental yang kuat bagi remaja.

“Hendaknya keluarga dapat menjalankan fungsinya yakni dengan mencipatakan komunikasi yang afektif antar anggota keluarga, memberikan dukungan, perhatian dan kepedulian terhadap remaja serta memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku remaja agar tidak ke arah perilaku negatif melainkan mengarahkan remaja untuk meregulasi diri dalam proses perkembangannya dan membentuk menjadi individu yang memiliki daya juang”, tutup Wahyu.

UP45 GALAKKAN ANTI KEKERASAN

Sosialisasi anti kekerasan kepada masyarakat gencar dilakukan oleh pemerintah kota Yogyakarta. Upaya nyata pencegahan dan mengurangi resiko berulangnya kejadian kekerasan yang melibatkan remaja didukung berbagai pihak baik tokoh masyarakat, pihak Kepolisian dan kalangan akademisi. Kegiatan yang telah terlaksana antara lain yaitu pelatihan anti kekerasan bagi orangtua dan anak di era milenial. Berlangsung di ruang pertemuan Kelurahan Ngampilan, jl. Purwodiningratan No 922, Kota Yogyakarta DIY, (2/11).

Ir. Edy Muhammad selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Yogyakarta pada membuka acara menjelaskan bahwa pemerintah tanggap terhadap kondisi kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat. “Pelaporan, pengaduan kekerasan dapat dilakukan dengan telepon bebas pulsa. Tersedia pelayanan hukum dan psikologis bagi korban”, jelas Edy.

Polana Setiya Hati, S.SI, MM., selaku koordinator UPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Kota Yogyakarta menjelaskan agar penyampaian materi agar lebih tepat sasaran maka metode pelatihan anti kekerasan ini dibagi menjadi dua kelas yaitu bagi orang tua dan remaja. “Bagi remaja diberikan pelatihan tentang pengendalian emosi agar para remaja lebih mampu mengelola emosinya”, ungkap Polana.

Materi tentang Refleksi kasus dan dampak hukum dipaparkan oleh Iptu. Kardiyana dari Polresta Yogyakarta. “Banyak remaja saat ini yang menggunakan narkoba sehingga perilaku berubah menjadi negatif. Dampak narkoba jauh lebih berbahaya dibandingkan miras”, jelas Kardiyana.  Sedangkan materi bagi kelas remaja mengangkat tema tentang Remaja di era milenial dan strategi pengendalian emosi yang disampaikan oleh Ekan Suliandari, Psikolog.

Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari para tokoh masyarakat setempat, RT, RW dan para orang tua yang memiliki putra-putri usia remaja. Antusiasme peserta dalam mengikuti acara ditunjukan dengan berbagai pertanyaan. Diungkapkan dalam sesi tanya jawab tentang materi Parenting di Era Milenial yang disampaikan oleh Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A. dosen Fakultas Psikologi UP45 Yogyakarta, “Pola komunikasi keluarga menjadi media pembelajaran bagi anak dan Orangtua bertanggungjawab atas pendidikan moral serta etika sebagai pembentuk karakter kepribadian anak”.

Pertanyaan lain datang dari Ibu Ririn (RW10), “Bagaimana cara agar cepet pinter menggunakan HP agar sebagai orang tua juga bisa mengawasi anak sehingga anak tidak menyalahgunakan HP?” Wahyu menjawab, “Silakan minta diajari oleh putra ibu. Jadikan belajar HP sebagai kesempatan untuk menjalin komunikasi dan kepercayaan yang baik dengan anak”.

Pertanyaan lain juga datang dari Ibu Lusi (RW05), “Bagaimana menyikapi anak yang sulit diatur dan mendampinginya sebagai seorang single parent”? Wahyu mengemukakan bahwa situasi anak yang dirasa sulit diatur bisa terjadi karena pola komunikasi yang kurang tepat. Biasakan anak untuk diajak berdialog, diskusi tentang berbagai hal. Kondisi single parent penting dijelaskan kepada anak agar anak mulai belajar tentang realita yang ada.

Ibu Irma dari RW09 menanyakan, “Bagaimana berkomunikasi dengan anak yang tertutup? Putri saya kelas 3 SMP”. “Komunikasi yang baik dapat terjadi bila ada kepercayaan dan kondisi yang tepat dari orangtua dan anak maka sebagai orangtua hendaknya siapkan waktu dan sikap untuk mendengarkan anak”, tutup Wahyu.

Acara ditutup dengan penandatanganan deklarasi anti kekerasan oleh seluruh peserta serta perwakilan tokoh masyarakat yang hadir. Adapun kutipan isi deklarasi yaitu Segenap warga masyarakat bersama-sama dengan pemerintah aparat penegak hukum di Kecamatan Ngampilan dengan sungguh-sungguh berkomitmen untuk lindungi dan selamatkan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan, menciptakan lingkungan yang ramah, mewujudkan pola asuh dengan penuh cinta, bertekad tidak takut melaporkan tindak kekerasan, menegakkan hukum, berjuang mewujudkan zero kekerasan menuju Yogyakarta Istimewa demi masa depan bangsa Indonesia yang gemilang.