Harapan 35 Ribu Megawatt di Tahun 2017

Kecukupan energi adalah rasio antara energi yang dihasilkan dengan energi yang terpakai, cukup dapat dikatakan jika antara energi yang dihasilkan dan dikeluarkan sama dengan nol atau seimbang. Kecukupan energi juga merupakan salah satu ukuran berkembangnya suatu negara. Diakui bahwa kecukupan energi akan sangat sulit tercapai jika pemangku kepentingan yang juga dalam hal ini adalah pemerintah tidak berkomitmen secara penuh dalam mengembangkan teknologi eksplorasi suatu sistem yang lebih baik sehingga dapat digunakan untuk memproduksi suatu energi yang efektif dan efisien termasuk energi terbarukan yang berkelanjutan.

Kekayaan akan sumber-sumber energi terbarukan yang berkelanjutan di negara ini begitu terlihat jelas potensi yang cukup besar sekali, salah satunya adalah apa yang disebut biomassa. Biomassa secara umum bermakna jumlah keseluruhan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dalam menjadi bentuk energi. Kayu, rumput, alga laut, mikroalga, limbah pertanian, limbah kehutanan, dan limbah rumah tangga adalah termasuk kategori biomassa.

Pada saat negara yang memiliki kekayaan akan sumber daya akan energi fosil seperti Uni Emirat Arab (UEA), dengan serius mengembangkan dan menggunakan potensi energi terbarukan (panas matahari), pemerintah kita mungkin masih dalam pembahasan dalam bentuk wacana untuk ditindak lanjuti, atau masih tertuang diatas kertas yang didalamnya ada kesepakatan-kesepakatan dan seberapa besar keuntungan yang akan didapat oleh investor.

Pemerintah UEA mampu mengembangkan model investasi pembangkit tenaga surya dengan harga jual yang murah yakni hanya dengan harga 2,45-2,9 sen dollar AS per KWh, dan dibandingkan dengan Indonesia, rata-rata harga yang dipatok oleh investor adalah 10 sen dollar AS Per KWh untuk jenis pembangkit yang sama. Bagaimana dengan harga per kWh potensi energi listrik dari sampah? Harga jual listrik yang dihasilkan PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) Benowo – Jawa Timur ke PLN sekitar USD 9 sen per KWh. Artinya, pemerintah perlu mengkaji ulang sistem rantai pasok proses produksi energi listrik sehingga dapat bersaing sehingga memacu kecukupan energi listrik di seluruh Indonesia. Sejalan dengan itu, ambisi pemerintah pada mega proyek kelistrikan sebesar 35 ribu MW hingga tahun 2019 patut di beri apresiasi, kombinasi antara penggunaan energi fosil dan energi terbarukan dilakukan untuk mendukung mega proyek tersebut. Namun, selama 10 bulan terakhir, pembangkit listrik yang beroperasi (Commercial Operation Date/COD) baru sekitar 36% dari target akumulatif 2016. Untuk diketahui, pada tahun 2013 dan tahun 2016 kebutuhan tenaga listrik nasional berturut-turut adalah sebesar 190 TWh dan 232 TWh, dengan sektor rumah tangga yang paling mendominasi penggunaan energi listrik sekitar 41%, sektor industri 34%, sektor komersial 24% dan sektor transportasi 0,1%.  Kemudian, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan, diyakini penggunaan energi listrik dari sektor industri akan mendominasi dan menggeser sektor rumah tangga dalam penggunaan listrik. Bagaimanapun juga, perkembangan industri akan mendorong kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi, penggunaan listrik di sektor rumah tangga konsumtif akan dapat dikendalikan, sebaliknya penggunaan listrik didorong untuk memenuhi keperluan produktif.

Pembangunan pembangkit listrik di Indonesia memang memiliki banyak masalah, dimulai dari kendala teknis, kendala non-teknis dan saat ini terakumulasikan pada pembangkit listrik dari energi terbarukan yang berkelanjutan memiliki kendala dengan penggunaan teknologi yang cocok dan kendala kesepakatan harga jual. Karena begitu banyak kendala, pemerintah seharusnya mulai melakukan sesuatu yang dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Jika pembangkit listrik saat ini yang masih konvensional begitu terasa sulit untuk terealisasi dengan cepat karena terkendala teknis dan non-teknis, maka sudah saat nya dimulai dengan pebangunan pembangkit listrik yang paling mudah dilakukan, yaitu membangun pembangkit listrik per rumah tangga dengan memanfaatkan biomass yang tersedia, tentu peran serta pemerintah setempat sangat dibutuhkan untuk merealisasikan ini.

Teknologi seperti pirolisis maupun gasifikasi, dapat digunakan untuk membuat pembangkit listrik energi terbarukan ini menjadi nyata. Mungkin terasa berat di awal, namun jika masyarakat sudah di edukasi tentang pentingnya ketahanan energi untuk wilayah tempat tinggal masing-masing, maka untuk selanjutnya akan mudah untuk menerapkan secara berkelanjutan. Pemerintah harus berani untuk mengeluarkan subsidi untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga biomass, pemerintah sudah pernah mengambil kebijakan mengeluarkan subsidi untuk minyak tanah, subsidi untuk BBM jenis premium dan solar, kemudian pemerintah mengeluarkan subsidi untuk LPG, sampai saat ini pemerintah masih mengeluarkan subsidi untuk listrik dibawah 900 KVA, jadi seharusnya saat ini pemerintah menerapkan visi kedepan, mencabut subsidi untuk sesuatu yang sebenarnya tidak penting lagi. Jika subsidi minyak tanah dihentikan, maka dengan teknologi pirolisis, dapat menghasilkan gas dan bio oil yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Jika subsidi listrik untuk pelanggan dibawah 900 KVA khususnya di kota-kota besar dihentikan, maka pemerintah dapat mulai mensubsidi pembangkit listrik dari energi terbarukan yang berkelanjutan dengan rupiah yang besar.

Masih banyak jenis subsidi yang dapat dikurangi atau pantas untuk dihentikan karena telah teridentifikasi tidak tepat sasaran. Visi pemerintah yang tertuang dalam BPPT-Outlook Energi Indonesia tahun 2016 dan RUPTL-PLN 2016-2025 hanya akan menjadi sekedar wacana dan akan dilanjutkan dengan buku tahunan serupa. Menteri ESDM, bapak Ignasius Jonan pernahh membuat pernyataan di salah satu koran nasional bahwa “35 ribu MW elektrifikasi tidak akan terealisasi sampai 2019 atau sesuai target yang ditentukan, dan hanya terealisasi sekitar 18 – 20 ribu MW, dan itu sudah bagus”.  Jadi, kita tunggu saja bagaimana nasib 35 ribu MW. Pemerintah sehat? (Syaiful Mansyur)

Keterbatasan Finansial = Pemicu Untuk Menjadi Sarjana Unggul

Kesediaan mahasiswa untuk menimba ilmu selalu dikonotasikan dengan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah. Setelah selesai menimba ilmu maka mahasiswa akan mendapatkan gelar sarjana, magister, atau doktor. Ilmu yang ditimba itu telah disusun oleh Program Studi sesuai dengan panduan-panduan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Riset & Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Oleh karena sudah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, maka kompetensi sarjana menjadi hampir sama di seluruh Indonesia. Kalau pun ada perbedaannya, maka perbedaan itu terjadi karena pengaruh muatan lokal. Muatan lokal itu tercermin dalam pelajaran wajib lokal. Pelajaran wajib lokal inilah yang sering menjadi brand atau merek dari suatu Program Studi.

Penyusunan mata kuliah lokal ini dilakukan dengan cara menggali potensi-potensi khas di daerah tempat Perguruan Tinggi itu berada. Oleh karena mata kuliah lokal ini menjadi ciri pembeda dari Program Studi, maka para dosen, mahasiswa beserta tim kreatifnya tentu akan menciptakan kegiatan yang menarik masyarakat untuk mengunjungi Program Studi. Harapannya adalah ada banyak calon mahasiswa yang bersedia menuntut ilmu pada Program Studi yang kreatif tersebut. Prodi yang kreatif tentu akan menciptakan kegiatan yang gratisan sifatnya namun berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, termasuk mahasiswa. Kegiatan ilmiah dan gratisan itu merupakan bentuk perilaku kecendekiawanan Prodi. Agar kegiatan tersebut dapat menarik minat banyak orang, maka perlu sosialisasi.
Persoalan yang relevan dengan kesediaan mahasiswa untuk menimba ilmu di luar Prodinya ada tiga.
  1. Mahasiswa sering kurang informasi tentang kegiatan-kegiatan kreatif namun gratis tersebut. Kurangnya informasi itu cukup memprihatinkan, mengingat mahasiswa jaman sekarang adalah termasuk manusia generasi Y. Generasi Y adalah manusia yang sangat pintar, mampu mengerjakan berbagai tugas sekaligus (multi tasking), dan tentu saja hidupnya tidak terpisahkan dengan perangkat gadget.
  2. Kurang pedulinya pada penataan masa depan. Masa depan para mahasiswa adalah nanti saja dipikirkan, setelah mereka lulus sarjana. Masa depan bisa saja berarti bekerja, membuka usaha, menikah, menganggur, menempuh studi lanjut, menganggur dahulu, mengikuti kursus-kursus, atau sekedar duduk-duduk sambil melihat-lihat situasi
  3. Mahasiswa cenderung merasa dirinya inferior bila duduk bersanding dengan mahasiswa dari universitas besar lainnya. Sebagai akibatnya, ia cenderung menarik diri dan enggan bergaul dengan mahasiswa dari universitas lainnya
Sebenarnya, keterbatasan finansial bukanlah alasan utama bagi seorang mahasiswa untuk menuntut ilmu tambahan di luar Prodi. Sangat banyak lembaga di Yogyakarta ini yang menawarkan berbagai kursus, pelatihan, seminar atau sekedar diskusi bersama. Hal ini karena Yogyakarta adalah gudangnya universitas. Hampir semua universitas menawarkan ajang penimbaan ilmu secara gratis.
 
Adalah Mohammad Ridwan, mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta angkatan tahun 2014/2015. Ia berasal dari Madura. Ia sempat bingung menghadapi situasi di kampus Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Kampusnya memang sangat mungil bila dibandingkan dengan UGM. Ada banyak temannya yang juga kebingungan menghadapi situasi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, sehingga daya adaptasinya rendah. Ridwan mempersepsikan bahwa keterbatasan kampusnya dan keterbatasannya dalam hal finansial bukan halangan untuk maju. Persepsi positif itu memperkuat daya adaptasinya. Bahkan ia bercita-cita untuk melanjutkan studi S2 di UGM. Apa saja yang dilakukan Ridwan untuk menggapai cita-citanya itu?
 
Persiapan Ridwan untuk menembus pintu gerbang S2 di UGM adalah sangat unik. Persiapan itu antara lain:
  • Berusaha untuk menerima dirinya apa adanya (self-acceptance). Ia menerima keterbatasan finansial yang dialaminya dengan tersenyum. Ini adalah tahap gawat darurat, karena ini adalah tahap fondasi untuk terbang menggapai cita-cita. Tahap ini sangat tidak mudah baginya, sehingga nilai-nilai pelajarannya sempat turun dan angka mangkir kuliah tinggi.
  • Mempersepsikan positif dan mensyukuri semua situasi dan kondisi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Ini adalah bentuk penerimaan diri mengenai sekolah tempatnya menimba ilmu. Ia bisa memahami keterbatasan sekolahnya
  • Persepsi positif itu menggiringnya untuk tidak menyerah pada keadaan. Ia segera mengeluarkan jurus pertemanan baik di dunia nyata maupun dunia maya. Ia mengharuskan diri keluar kampus untuk bergaul dengan mahasiswa dari universitas lain. Di sinilah pentingnya persepsi positif kepada UP45. Bila mahasiswa UP45 merasa inferior dengan kampusnya, maka ia tidak akan berani bergaul dengan mahasiswa dari UGM atau univesitas besar lainnya. Ridwan berani bergaul dengan dengan berbagai universitas besar dan kecil di seluruh Indonesia
  • Hasil dari pergaulan sosialnya yang luas adalah ia mendapatkan informasi tentang kursus, pelatihan, seminar atau sekedar bedah buku yang sifatnya gratisan. Ia menimba ilmu di luar UP45 dengan bersemangat. Selama mengikuti pertemuan-pertemuan gratis itu ia juga mengharuskan dirinya untuk selalu aktif bertanya pada nara sumber. Dampaknya ia selalu mendapatkan hadiah buku gratis dari penulis / penerbit. Koleksi perpustakaan pribadinya menjadi penuh
Usaha-usaha tersebut dilakukan dengan sepenuh hati. Bahkan jadwal untuk mengikuti seminar secara gratisan pada bulan depan, sudah penuh. Hal yang unik lainnya adalah Ridwan selalu berusaha untuk datang ke lokasi pertemuan-pertemuan itu dengan gratis pula. Usahanya yaitu membonceng teman, meminjam motor teman, atau naik sepeda. Berikut adalah 26 bukti partisipasinya hadir pada pertemuan-pertemuan bergengsi, namun gratisan.
  • Diskusi Panel “Reformasi Tata Kelola Migas”. Penyelenggara: EMGI, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 2 November 2014
  • Seminar Global Student Technology Competition 2015. Penyelenggara: Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 19 November 2014.
  • Seminar “Menghadapi ASEAN Community 2015”. Penyelenggara: Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 4 April 2015.
  • Seminar Prospek Perbankan dan Pasar Modal syariah di Inonesia. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 9 Juni 2015.
  • Dialog “Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme”. Penyelenggara: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jogja Expo Center Yogyakarta, 28 Oktober 2015.
  • Seminar International “Semaul Undong”. Penyelenggara: Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta, 24 November 2015.
  • Simposium Pemuda Indonesia. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 29 November 2015.
  • Seminar Nasional “Sustaining Our Paradise”. Penyelenggara: Himpunan Pariwisata UGM Yogyakarta, 5 Desember 2015.
  • Seminar Nasional “Kejayaan Indonesia Poros Maritim Dunia”. Penyelenggara: Fakultas Geografi UGM Yogyakarta, 18-22 Januari 2016.
  • Diskusi Konferensi Satuan Tugas Anti Narkoba. Penyelenggara: Universitas Janabadra Yogyakarta, 20 Maret 2016.
  • Kursus Pancasila. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 30 Mei 2016.
  • Pelatihan Leadership. Penyelenggara: UP45 Yogyakarta, 24 Maret 2016.
  • Sekolah Kepemimpinan. Penyelenggara: HMI Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 7-9 April 2016
  • Kongres Pancasila VIII. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 31 Mei-1 Juni 2016.
  • Seminar “Pendidikan di Papua”. Penyelenggara: UIN Yogyakarta, 5 Juni 2016.
  • Pelatihan CV dan Interview. Penyelenggara: IATMI Univesitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 2 Juni 2016
  • Seminar Nasional “Public Action 2016”. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 13 Oktober 2016.
  • Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa. Penyelenggara: Ristek Dikti & STTNAS Yogyakarta, 17-19 Oktober 2016
  • Seminar Nasional “Pengembangan Kebijakan dan Regulasi Pemberdayaan dan Antariksa. Penyelenggara: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 20 Oktober 2016.
  • Seminar Nasional “Anti Corruption Summit 2016”. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 25 Oktober 2016.
  • Seminar “Pemimpin Bangsa Indonesia Mendatang”. Penyelenggara: Kesbang dan Widya Mataram Yogyakarta, 21 November 2016.
  • Seminar Nasional “Mendorong Peningkatan Kapasitas Governance Lokal. Penyelenggara Univesitas Aisyiah (UNISA), 24 November 2016.
  • Making ASEAN work in Indonesia: Contemporary Updates. Penyelenggara: Fisipol UGM Yogyakarta, 6 Desember 2016
Apa saja manfaat yang bisa dipetik dari usaha-usaha kreatif dari Mohammad Ridwan ini? Usaha Ridwan itu adalah untuk merenda keberuntungannya dalam menempuh studi S2 di UGM. Salah satu persyaratan studi lanjut itu adalah mendapatkan rekomendasi dari dosen / pakar. Berkat pergaulannya yang luas itu, sangat mudah bagi Ridwan untuk mendapatkan rekomendasi. Selain itu, daftar seminar yang ia ikuti akan memenuhi SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijasah) yang kelak akan diterimanya pada saat wisuda berlangsung. Usaha yang gigih dari Ridwan ini tidak terlepas dari tangan dingin Wahyu Suro, dosen di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Beliau terkenal dekat dengan mahasiswa.
 
Tulisan ini adalah materi siaran di RRI Yogyakarta pada 7 Desember 2016. Siaran ini terlaksana sebagai implementasi kerjasama antara RRI Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45. Pakar yang hadir pada siaran kali ini adalah ibu Melda Arianti, dosen Teknik Perminyakan UP45 dan ibu Norita, staf Komunikasi & Development di UP45. Semoga siaran ini terus berlangsung dengan lancar. [SUMBER]

Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Akademik 2016/2017

Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Akademik 2016/2017, silahkan menghubungi bagian akademik UP45 yang berada di Gedung Kantor BAAK.

Kunjungan SMK Pemboran Sragen

Kunjungan SMK Pemboran Sragen ke UP45 mulai pukul 09.00 WIB – Selesai

Buka-Bukaan Dunia Tambang

Pertambangan merupakan industri yang kaya akan polemik. Ada banyak pandangan negatif terhadap dunia tambang terutama tentang  pencemaran  lingkungan, safety, kekonomian dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Akan tetapi, tak bisa juga dipungkiri bahwa  industri ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi pendapatan negara.  Bila dilihat secara objektif, tidak semua kontraktor yang mengabaikan aspek masyarakat dan lingkungan tersebut, namun tetap saja masih banyak masalah, pelanggaran, ketidakpuasan, maupun kritik terhadap kebijakan dan aktivitas pertambangan.

Daerah pertambangan umumnya menjadi tempat yang tertutup bagi publik. Mereka enggan  untuk diliput maupun disoroti. Namun, hal ini tidak berlaku bagi PT Newmon Nusa Tenggara (NNT). NNT mengundang masyarakat untuk melihat langsung aktivitas pertambangannya yang kemudian ditulis dan dipublikasikan dalam bentuk buku .

Pada hari Rabu (14/12), buku “Buka-Bukaan Dunia Tambang” di bedah pada acara rutin Bedah Buku dan Diskusi EMGI UP45 yang ke-VII. Buku ini menjelaskan tentang program Sustainable Mining Bootcamp (SMB) yang diselenggarakan PT NNT di Batu Hijau, Sumbawa. Acara yang dihadiri oleh dosen-dosen di UP45 ini menghadirkan Dewi Handayani H. S.Psi., M.Psi. sebagai pembicara. Beliau merupakan Dosen Fakultas Psikologi UP45 sekaligus Wakil Rektor bidang II.

Dewi mengungkapkan bahwa isi buku tersebut merupakan kumpulan 16 cerita pengalaman peserta SMB. Peserta merupakan pemenang dari kontes menulis blogger tentang PT Newmont. Peserta berkesempatan mengunjungi daerah ekplorasi tambang selama 5 hari. Aktivitas yang dilakukan adalah mining experience, social experience dan natural experience. Kegiatan ini diadakan untuk membuka pandangan umum tentang sisi lain dari Newmont. “Dari 16 artikel peserta, semuanya mengangkat permasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat lokal lingkar tambang “ kata Dewi.

Pada acara tersebut Dewi memaparkan bahwa para peserta dalam tulisannya menceritakan bila NNT telah memberikan berbagai fasilitas fisik pada masyarakat lokal, mulai dari irigasi, puskesmas, sekolah, posyandu, sarana air bersih, masjid, alat pertanian dll di empat desa lingkar tambang. Namun, masyarakat tidak pernah merasa puas terhadap bantuan tersebut, selalu menuntut lebih dan lebih. Inilah yang menjadi problem utama. “Fasilitas fisik yang diberikan tidak diimbangi dengan sentuhan Capacity Building oleh Newmont sehingga ketergantungan masyarakat menjadi sangat besar pada Newmont ” tutur Dewi. (D.S. / D.H.H.)

Bangga Menjadi Alumni UP45

Halo apa kabar Bapak dan Ibu Dosen, para staf dan juga kawan-kawan Universitas Proklamasi 45 (UP45)? Saya yakin semua baik dan sehat. Sebelumnya saya perkenalkan diri dulu ya, saya Kanyaka alumni UP45 Fakultas Psikologi tahun angkatan 2010 tetapi rasanya saya masih belum bisa merasakan “real graduation” karena tidak bisa menghadiri graduation ceremony yang sangat dinantikan para mahasiswa setelah berjibaku dengan tugas akhir, skripsi. There were many reasons I can’t tell you about, hehehe. Mungkin nanti saya selipkan sedikit beberapa alasan itu pada pertengahan cerita.

Jadi tujuan saya menulis artikel ini yaitu saya ingin bersilaturahmi dengan Bapak dan Ibu Dosen UP45 beserta para rekan yang masih setia untuk menjalankan misi dan visi agar UP45 menjadi lebih baik, lalu saya juga ingin menyapa teman-teman (junior) khususnya Fakultas Psikologi yang saya tahu kemarin baru saja menyelesaikan langkah pertama untuk melanjutkan cita-citanya di dunia baru dan juga teman-teman berwajah baru yang semangat untuk menjalankan peran barunya sebagai mahasiswa. Selanjutnya ini yang penting, saya ingin berbagi pengalaman dan juga (sedikit) keluh kesah. Rasanya tidak perlu panjang lebar, saya mulai saja ya.

Beberapa bulan yang lalu saya mendapat kabar dari teman, dia adalah salah satu mahasiswa yang sangat aktif di kampus. Dia memberi tahu saya untuk berpartisipasi mengisi Angket Tracer Study Alumni UP45 melalui web yang sudah disediakan, dengan senang hati saya mengiyakan karena saya percaya ini untuk kebaikan kampus. Saya baca dengan teliti satu persatu. Saya tertarik. Setiap item pernyataan memiliki maksud untuk mengevaluasi proses pembelajaran dan kualitas sarana kampus. Jadi saya isi dengan jawaban apa adanya, tanpa mengurangi dan juga melebihkan.

Sebagai seorang alumni UP45 saya masih dapat merasakan bagaimana jatuh bangunnya pada saat menjadi mahasiswa UP45. Tidak sedikit cemooh dan juga opini-opini miring berdatangan, baik itu tentang sistem pembelajaran, manajemen, dan infrastruktur kampus. Saya masih ingat ketika saya kuliah hanya bertujuh dalam satu kelas, rasanya menggelitik, saya ini kuliah atau les privat sih? Mungkin beberapa dari kalian juga pernah merasakan hal yang sama. Tapi itu tidak menyurutkan saya dan beberapa teman saya untuk mencari ilmu. Buktinya kami bertahan hingga sekarang dan sudah menjalani kehidupan masing-masing.

Seiring waktu berjalan saya fokus saja dengan yang saya jalani saat itu. Namun saya juga tidak memungkiri saya banyak menggerutu sampai saya tersadar bahwa semua itu sia-sia dan tidak ada gunanya. Perubahan terjadi pada saat saya bertemu dengan seseorang yang kini menjadi sahabat baik saya. Dia membawa kabar baik dan juga menarik. Dia mengajak saya untuk bergabung dengan salah satu kegiatan yang sangat mendukung untuk emotional and character building yaitu IAYP (International Award for Young People) meski harus menunggu waktu yang cukup lama karena harus menunggu teman-teman lain yang ingin berpartisipasi juga.

Tiba waktunya saya dan beberapa teman lainnya aktif dalam kegiatan IAYP, suatu hal yang juga tidak mudah bagi kami. Kegiatannya terlihat sederhana namun rutinitas yang harus dilakukan yang membuat kami terkadang jenuh. Tapi semua itu kami lalui dengan kebersamaan yang menyenangkan.

Tidak terasa semua itu kami lewati hingga akhirnya kami sibuk dengan tugas akhir. Kami masih sering berkumpul untuk tetap berkomunikasi dengan baik. Satu persatu dari kami mulai memikirkan rencana baru yang akan ditempuh usai lulus dari kampus.

Kebahagiaan yang teman-teman saya rasakan, juga saya rasakan walaupun harus dari tempat yang jauh dari mereka,yaitu Wisuda Kelulusan. Saya tidak mengikuti wisuda karena sudah bekerja dan pada waktu itu saya masih belum bisa cuti. Saya tidak menyesali karena semua pilihan itu beresiko. Saya siap dengan resiko tidak bisa mengikuti momen penting itu. Sempat saya merenung dan berpikir, ternyata saya melewati banyak hal di kampus. Saya menyadari kalau saya dan teman-teman saya mendapat banyak kesempatan untuk menjadi pribadi yang maju dan bermanfaat. Saya tahu (mungkin) masih banyak beberapa dari kami yang merasa kalau tempat kami menimba ilmu ini tidak sebaik dengan kampus lain di luar sana. Tapi semua itu salah.

Mengapa saya katakan salah? Karena banyak dari teman-teman, baik itu senior, teman satu angkatan, ataupun adik angkatan ketika lulus bisa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri lebih baik, mendapat pekerjaan sesuai impian, dan merasakan pengalaman luar biasa yang mungkin saat itu mustahil untuk diraih. Jujur saja hal ini saya katakan berdasarkan pengalaman diri sendiri dan juga pengamatan saya (walaupun untuk beberapa hal saya mengamati lewat media sosial atas prestasi yang telah diperoleh teman-teman). Hal tersebut membuat saya bangga dan puas, ternyata kami memiliki kesempatan yang sama seperti lainnya.

Tidak sampai di situ saja, rasa bangga ini juga diiringi rasa sedih dan kecewa  yang cukup mengganggu pribadi saya sendiri. Sebenarnya saya juga tidak ingin bersikap subjektif tetapi saya masih melihat dan, mendengar kalau beberapa dari kami yang sudah menjadi alumni masih belum bisa berbesar hati untuk mengenalkan identitasnya dengan bangga kalau dirinya adalah keluarga besar dari Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Saya berharap itu hanya candaan saja tapi saya rasa juga hal itu tidak pantas. Hal itu membuat saya menjadi berpikir, tidakkah mereka tahu kalau yang membuat diri mereka menjadi seperti sekarang ini juga sedikit banyak atas jasa yang besar dari tempat mereka menimba ilmu. Apapun yang terjadi pada saat itu yang mungkin membuat kita marah, kesal dan kecewa sudahlah, hapuslah, ikhlaskanlah. Pada kenyataannya saat ini kami masih diberi kesempatan yang baik untuk mengembangkan diri.

Bagian dari perubahan sistem yang besar berawal dari diri sendiri dan dari hal kecil. Bilamana kami yang saat ini sudah mendapat karir yang baik, kesempatan pengalaman yang berharga tidak ada salahnya berbagi dan yang paling penting jangan lupakan darimana kita berasal. Tidak perlu dengan cara yang rumit dan besar untuk membantu kemajuan kampus. Salah satu yang bisa kita lakukan khususnya untuk kami para Alumni yaitu mau mengenalkan diri bahwa kami adalah alumni UP45 yang bangga dengan prestasi kami. Saya merasa dengan cara sederhana itu kami sudah membantu Universitas Proklamasi 45 memiliki nama yang harum dan patut untuk dipertimbangkan. Bagaimanapun juga kami, para alumni UP45 adalah bagian dari keluarga besar Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Meski kami telah jauh melangkah namun kami tetap dapat ikut serta untuk memajukan UP45, walaupun dengan cara sederhana, bangga menjadi Alumni UP45.

Saya harap tulisan ini bisa bermanfaat tanpa menyinggung siapapun. Semoga apa yang sudah kita dapatkan dari kampus baik itu dari segi ilmu dan juga nilai-nilai sosialnya dapat digunakan dengan baik tanpa melupakan jasa besar berharga yang telah diperoleh. Kanyaka

Seminar Beasiswa Master Program

Hai teman2 mahasiswa

Bingung mau cari beasiswa & krg paham syarat2nya?

Jangan khawatir guys,
SCD dan EMGI UP45 akan mengadakan Seminar Beasiswa Master Program

Dengan narasumber:
Adnin Musadri Asbi, S. Hut (Awardee Beasiswa LPDP RI)
Diyanti Isnani Siregar, S. Hut (Awardee Beasiswa Unggulan DIKTI)

17 Desember 2016
08.00-11.00
Ruang Seminar Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

HTM Rp 5.000

Fasilitas:
1. Snack
2. E-Sertifikat

Tertarik untuk mendaftar?
Silahkan mendaftar via sms/wa dgn cara:
Ketik: nama_asalkampus_ no. Hp_email

Kirim ke:
08985050111 atau 085868284434 cepi)
Atau 081391554211 (Aziz)
dapat mndaftar langsung pada hari H
Terbuka untuk mahasiswa & umum
 

Kuliah Lapangan Psikologi Perkembangan II Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dalam rangka mempererat tali silahturahmi antar sesama mahasiswa serta meningkatkan jiwa simpati dan empati terhadap lingkungan sekitar, Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta mengadakan kunjungan kuliah lapangan Psikologi Perkembangan II ke UPT Panti Karya yang beralamat di Karanganyar, Brontokusuman, Mergangsan Yogyakarta 55153. Kegiatan ini terlaksana hari Sabtu tanggal 19 November 2016, hari Minggu dan Senin  tanggal 27-28 November 2016 yang berlansung sejak pagi dimulai pukul 09.00 hingga siang pukul 11.00 ini diikuti oleh Ibu Eni Rohyati selaku dosen pengampu Psikologi Perkembangan II, Pak Daris Dosen Sosiologi, Rere, Subur, Shofi, Husna, Adel dan beberapa orang partisipan.

Kegiatan dimulai dengan acara sambutan dari Ibu Eni Rohyati perwakilan Fakultas Psikologi UP45 dengan memperkenalkan mahasiswanya dan Ice Breaking lalu dilanjutkan oleh mas Shofi dengan gayanya yang khas yaitu berkaroke ria. Selanjutnya dilakukan doa bersama, yang kemudian dilanjutkan dengan games. Games terdiri dari 2 macam permainan yang melibatkan beberapa warga binaan panti yang sudah bisa berkomunikasi dan mahasiswa yang hadir bergabung dengan para warga panti yang berpatisipasi dalam games.

Games pertama adalah moving ball yaitu memindahkan bola dengan cara memindahkan bola menggunakan sumpit dari warga binaan pria dengan bantuan mahasiswa ke warga binaan wanita. Games ini diikuti  4 kelompok yang terdiri dari 10 warga binaan panti dan 2 orang mahasiswa. Kemudian dilanjutkan dengan games yang kedua yaitu unjuk kebolehan berjoget atau menyanyi bersama dan berkreasi menggunakan hidrogel warna warni dengan mengkelompokan sesuai dengan warnanya lalu diisi dengan tamanan Sirih Belanda. Melihat tingkah laku pada gemes yang kedua mengundang gelak tawa yang ada di lapangan karena saat games ujuk kebolehan warga binaan bernyanyi dan berjoget seperti artis super star. Setelah games berahkir, dilanjutkan dengan foto bersama sebagai kenang-kenangan dari mahasiswa untuk warga binaan. Kemudian dilanjutkan dengan snack time untuk mengakrabkan mahasiswa Fakultas Psikologi UP45 dengan warga panti.

Tujuan diadakan kegiatan ini yaitu pendampingan psikologi dan observasi perkembangan sebagai bukti nyata mahasiswa tidak hanya terpaku pada teori namun lansung mengaplikasikan ilmu yang didapat di ruang perkulihan. Kepala UPT Panti Karya Bapak Kristianto mengharapkan dengan diadakannya acara tersebut di UPT Panti Karya dapat mempererat kerjasama antara Fakultas Psikologi UP45 dengan UPT Panti Karya dalam pendampingan dan pengentasan warga panti. Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta sudah 1 bulan ikut berperan dalam pendampingan dan pembinaan warga Panti Karya. Kerjasama ini sangat bermanfaat baik untuk pembinaan warga panti maupun sebagai penerapan ilmu psikologi bagi mahasiswa yang ikut aktif dalam kegiatan ini.

Rilis Tracer Study Universitas Proklamasi 45

Sebagai tempat menempuh pendidikan tingkat tinggi, Universitas memegang peranan penting dalam menetapkan standar kualitas mahasiswanya. Standar kualitas mahasiswa yang dimaksud antara lain berupa ilmu pengetahuan, logika berfikir, soft skill, serta hard skill-nya. Untuk itu dilakukan penelitian Tracer Study yang berpedoman pada hibah Tracer Study RISTEKDIKTI. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah antara lain untuk melaksanakan studi pelacakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta secara lebih terintegrasi dengan baik serta mengetahui tingkat relevansi kurikulum yang digunakan dengan tuntutan dunia kerja yang ada saat ini. Dengan demikian, diharapkan dari penelitian ini mendapatkan feed back mengenai relevansi kurikulum yang digunakan saat ini dengan tuntutan kompetensi di dunia kerja sehingga dapat mempersiapkan kelulusan yang siap bersaing di pasar kerja,seperti yang disampaikan Mohamad Rais,SP,M.Sc

metode yang digunakan dalam penelitian ini berdesain penelitian kualitatif yang dilaksanakan oleh Tim Tracer Study yang telah ditunjuk dan disepakati baik secara internal maupun eksternal. Desain kualitatif dijelaskan melalui penelitian statistik deskriptif, dimana data yang diperoleh akan dipaparkan dalam bentuk visualisasi grafik, tabel, diagram, dll. Data awal yang digunakan bersumber dari buku alumni yang telah diverifikasi oleh bagian PDE (Pusat Data Elektronik). Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui media surat POS, sms blaster, telepon, email, jaringan sosial, dan portal web. Selanjutnya akan dilakukan monitoring terhadap pengumpulan data.

            Dari hasil penelitian Tracer Study pada tahun 2016 ini, diperoleh hasil net response rate dan Gross Response rate sebesar 34,04 % dan 22,5 % dengan jumlah responden 32 orang. Gross Response rate bernilai >20 % (22,5 %), dimana nilai ini dikatakan memenuhi nilai yang dipersyaratkan oleh DIKTI.  Beberapa variabel lain yang lain diteliti menunjukkan bahwa 96,88 % alumni universitas proklamasi 45 lulusan  2014  sudah bekerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bidang studi (75%) dan matakuliah (87,5%) relevan dengan pekerjaan mereka saat ini. Kontribusi  kompetensi oleh universitas cukup tinggi dimana rerata nilai yang didapat adalah 3,00. Hal ini menjelaskan bahwa universitas memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kompetensi alumni dan kurikulum yang jalankan sudah relevan dengan dunia kerja. 

Juara Favorit dalam Lomba Essay Nasional GAMAIS Fair 2016

PENANAMAN KARAKTER QUR’ANI PADA KALANGAN PEMUDA MELALUI KEGIATAN BERBASIS PENGAMALAN AL-QUR’AN *)

(Studi Kasus Di Masjid At-Taqwa Kledokan)

Oleh: Moh. Taqiyuddin Saleh P

Pendahuluan 

Sebagaimana diketahui bersama, Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam yang sekaligus menjadi pedoman hidup bagi umat manusia. Kedudukan Al-Qur’an sebagai tuntunan bagi setiap manusia dalam menjalankan kehidupannya, semestinya disadari dan mulai diajarkan kepada generasi muda agar mereka dapat mengamalkan pelajaran yang terkandung didalamnya. Penanaman karakter qur’ani mutlak dilakukan pada kalangan pemuda agar mereka senatiasa bertindak sesuai dengan syari’at Islam. Namun demikian, gencarnya arus globalisasi dengan segala dampaknya menjadi salah satu  sandungan bagi upaya penanaman karakter qur’ani dalam diri generasi muda.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman globalisasi tidak hanya membawa kemajuan bagi manusia. Globalisasi yang melanda negeri ini akan mendorong pembentukan budaya global, sistem nilai, perilaku, dan gaya hidup yang universal serta mengerucut menjadi satu format budaya yang koheren dan homogen (Bisyri, 2006). Akibatnya banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Islam juga masuk ke dalam Negara Indonesia. Hal inilah yang menghambat penanaman karakter qur’ani dalam generasi muda. Sehingga tak heran ketika dewasa ini banyak ditemui perilaku remaja yang menyimpang dari tuntunan Al-Qur’an maupun tatanan sosial setempat.

Melihat fenomena diatas, maka penulis merasa perlu mengadakan terobosan untuk menerapkan jiwa qur’ani dalam diri generasi muda agar dapat menyelamatkan mereka dari pengaruh negatif era globalisasi. Sebagaimana diketahui bersama, Al-Qur’an merupakan pedoman umat Islam yang selalu dinamis untuk dijadikan pedoman di segala zaman. Oleh karena itu, dirasa sangat tepat untuk menggagas konsep penanaman karakter qur’ani dalam diri generasi muda melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan menarik. Untuk mewujudkan hal tersebut, organisasi remaja masjid dapat dijadikan sebagai sarana yang tepat. Remaja masjid sebagai komunitas pemuda Islam yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat memiliki potensi yang cukup besar dalam upaya menanamkan karakter qur’ani dalam diri generasi muda.

Pembahasan

Dalam situs resmi Kementrian Agama disebutkan, Remaja masjid merupakan komunitas remaja islam yang membentuk perkumpulan dengan adanya kesamaan visi dan pandangan tentang  kecintaan terhadap agama Islam  dan sadar akan dirinya untuk ikut serta membangun masjid dan memakmurkan masjid dalam arti kata yang seluas-luasnya. Organisasi ini tumbuh dan berkembang atas inisiatif dari para remaja di lingkungan masjid yang ada pada setiap desa maupun kelurahan untuk menyalurkan aspirasi para remaja (Karim, dkk.,  2012). Sebagai organisasi kepemudaan Islam yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, ia perlu mendapatkan tempat dan perhatian dari berbagai elemen masyarakat. Salah satunya perhatian dari pengurus masjid yang biasa dikenal dengan ta’mir masjid (Hermawan, 2012).

Remaja masjid merupakan organisasi pengkaderan remaja islam. Oleh karena itu, remaja masjid perlu dioptimalkan untuk membina remaja yang saat ini mulai dijajah oleh budaya globalisasi. Hadirnya era globaisasi saat ini menjadi tantangan besar bagi seluruh umat Islam untuk menjaga generasi muda agar senantiasa bertindak sesuai Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup umat manusia. Berangkat dari fakta tersebut, optimalisasi remaja masjid menjadi salah satu opsi penting dalam upaya pembinaan generasi muda.

Optimalisasi remaja masjid dalam rangka menerapkan karakter qur’ani dalam diri generasi muda dapat diwujudkan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan menarik minat para pemuda dan secara langsung mempraktekkan pengamalan kandungan Al-Qur’an. Organisasi remaja masjid At-Taqwa Kledokan Desa Catur Tunggal Kecamatan Depok Kabupaten Sleman telah melakukan optimalisasi remaja masjid melalui diversivikasi kegiatan remaja masjid.

Berikut empat kegiatan yang dapat dijadikan sebagai media pengamalan isi Al-Qur’an sebagai upaya menanamkan jiwa qur’ani pada kalangan pemuda:

1. Ekonomi Kreatif Remaja Masjid dengan Program Muhasabah sab’ah

Perkembangan pola pikir dan kebutuhan generasi muda dewasa ini membawa sebagian dari mereka terjun dalam usaha mencari uang. Uang saku yang diberikan orang tua seringkali tidak cukup untuk memenuhi keinginan mereka. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika mereka diberdayakan di remaja masjid dengan program ekonomi kreatif. Kegiatan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah remaja masjid menjual suatu barang yang diperoleh dari tengkulak atau produsen yang nantinya laba hasil penjualan 50% menjadi hak anggota yang berhasil menjual barang tersebut dan 50 % dimasukkan ke dalam kas remaja masjid.

Adapun muhasabah sab’ah adalah pertemuan mingguan untuk membahas kegiatan ekonomi kreatif yang dilakukan selama seminggu sekaligus melakukan telaah Al-Qur’an secara bersama-sama dengan bimbingan pembina. Meskipun hanya peranakan dari kegiatan ekonomi kreatif, sebenarnya muhasabah sab’ah merupakan media utama dalam rangkaian kegiatan ekonomi kreatif yang dijadikan sebagai sarana menerapkan karakter Qur’ani pada diri anggota remaja masjid. Pada acara muhasabah sab’ah inilah anggota remaja masjid diberi pemahaman bagaimana melakukan jual beli yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Selain itu, muhasabah sab’ah juga menjadi sarana koreksi apakah transaksi jual beli yang telah dilakukan oleh remaja masjid selama seminggu sebelumnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an atau tidak.

2. Safari Dirosah

Safari dirosah merupakan kegiatan touring (perjalanan) setiap akhir pekan. Tujuan perjalanan ini bermacam-macam. Misalnya ke pesantren, panti asuhan, daerah pemukiman penduduk miskin dan lain sebagainya. Perjalanan ini tidak hanya berupa perjalanan biasa. Saat melakukan safari, para remaja yang ikut dalam kegiatan ini diarahkan untuk mengamalkan nilai Al-Qur’an yang berhubungan dengan  kehidupan sosial.

Langkah menanamkan nilai Al-Qur’an melaui kegiatan ini adalah sebagai berikut. Misalnya akan menanamkan karakter qur’ani yang berasal dari kandungan surat Al-Ma’un. Dalam surat tersebut dijelaskan tentang orang-orang yang mendustakan agama, salah satunya yaitu orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (Az-Zuhaili, 2013).

Melalui kegiatansafari dirosah, Pembina menjelaskan makna dari ayat tersebut dan bagaimana mengamalkan kandungannya. Yakni kita harus menyayangi anak yatim dan bersikap dermawan terhadap orang miskin. Tidak hanya cukup menjelaskan dengan teori, tetapi Pembina mengajak remaja masjid melakukan perjalanan mengunjungi panti asuhan atau pemukiman orang miskin dengan membagikan makanan.

Melalui kegiatan safari dirosah remaja masjid dipelajari cara mengamalkan kandungan Al-Qur’an secara langsung. Adapun materi dalam safari dirosah senantiasa berubah-ubah setiap minggu. Oleh karena itu, peserta tidak merasa bosan karena tempat yang dikunjungi juga berbeda-beda. Dengan praktek pengamalan isi kandungan Al-Qur’an yang demikian, diharapkan penanaman karakter qur’ani lebih mengena terhadap jiwa generasi muda

3. Pesantren alam

Pesantren alam merupakan istilah lain dari kegiatan perkemahan. Istilahnya sengaja dibuat berbeda dengan kemah karena kegiatannya menyerupai kegiatan di pesantren. Adapun kegiatan-kegiatan dalam pesantren alam adalah berkemah di daerah pegunungan atau perbukitan yang jauh dari pemukima penduduk. Pada kegiatan ini peserta diajak mentadaburi alam. Mereka diberi pemahaman bagaimana cara menjaga hubungan yang baik dengan alam.

Kegiatan pesantren alam kelihatannya menyerupai kegiatan naik gunung. Sehingga banyak remaja yang antusias mengikuti kegiatan ini. Sesuai dengan namanya, kegiatan  dalam pesantren alam banyak mengadopsi kegiatan harian di pesantren. Misalnya, shalat berjamaah lima waktu, pengajian sehabis shalat, shalat malam dan shalat duha secara bersama-sama.

4. Alimul Qur’an

Alimul Qur’an merupakan program yang dilakukan sebagai kegiatan harian di remaja masjid At-Taqwa Kledokan. Bentuk dari kegiatan ini yaitu remaja masjid dikerahkan untuk membantu mengajari santri mengaji Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Mengingat keilmuan remaja masjid yang belum cukup memadai untuk memberikan materi pengetahuan keislaman, maka remaja masjid hanya diarahkan untuk mengajar membaca dan menulis huruf-huruf Al-Qur’an.

Sedangkan untuk menyampaikan materi seperti Fiqih dan pengetahuan keislaman lainnya, terdapat guru tersendiri. Dalam kitab Riyadus Shalihin karya Imam Abu Zakariya disebutkan sebuah hadits yang berbunyi; khairukum man ta’allamal Qur’ana wa’alamahu. Adapun artinya; sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannnya (Shabir, 2004). Dengan kegiatan ini, secara tidak langsung remaja diarahkan pada pengamalan hadis tersebut. Dengan pembiasaan mengajar mengaji Al-Qur’an, secara tidak langsung remaja masjid juga ikut belajar ilmu-ilmu Al-Qur’an yang disampaikan oleh guru-guru senior kepada santri di TPA. Sehingga diharapkan mereka dapat mengamalkan pelajaran-pelajaran tersebut yang pada umumnya berisi tentang pengamalan dari kandungan Al-Qur’an.

Empat program kegiatan diatas merupakan bentuk dari upaya penanaman karakter Qur’ani pada kalangan pemuda. Kegiatan-kegiatan yang merupakan modifikasi dari kegiatan biasa menjadi kegiatan yang mengandung nilai Al-Qur’an diharapkan mampu memberikan pemahaman dan membangun karakter qur’ani dalam diri mereka. Sehingga mereka dapat mengamalkan kandungan ilmu Al-Qur’an yang terdapat dalam setiap kegiatan tersebut.

Penutup

Dari pemaparan diatas dapat diketahui diversifikasi kegiatan remaja masjid dalam upaya menerapkan karakter qur’ani pada kalangan pemuda. Sebagaimana kita ketahui bersama, dewasa ini generasi muda mulai terbawa arus globalisasi yang menyebabkan tingkah laku mereka semakin jauh dari nilai moral dan nilai-nilai Al-Qur’an. Dengan modifikasi kegitan remaja masjid sebagaimana telah dipaparkan di atas, diharapkan mampu membantu menanamkan karakter qur’ani pada kalangan pemuda.

Generasi muda merupakan harapan bangsa, negara dan agama. Oleh karena itu, penanaman karakter qur’ani pada kalangan pemuda mutlak untuk dilakukan demi terbentuknya generasi penerus yang berjiwa qur’ani. Pemuda yang memiliki karakter qur’ani akan senantiasa berperilaku sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Sehingga mereka akan menjadi sosok yang dapat menegakkan agama dan memajukan bangsa sesuai dengan syari’at yang telah disampaikan oleh Allah dan RasulNya. Generasi penerus yang demikian akan bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah maupun agama.      

 

Daftar Pustaka

Az-zuhaili, Wahbah. 2013. Tafsir Al-Wasith, terj. Muhtadi, dkk. Jakarta: Gema Insani.

Zakariya, Imam Abu. 2004. Riyadus Shalihin, terj. Muslich Shabi. Sematang: PT. Karya Toha Putra.

Bisyri, Muhammad. 2006. Mempertimbangkan Pendekatan Baru: Jurnal Edukasi.

Hermawan, Adi. 2012. Peran Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Akhlak Remaja. Surakarta: UMS Press.

Karim, Erni (dkk.). 2012. Aktivitas Remaja Muda Masjid dalam Meningkatkan Kegiatan Keagamaan di Desa Tinelo Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.  Jurnal Universitas Gorontalo (Online), (http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/view/3811, diakses pada tanggal 28/09/2016).

 

*) Naskah ini menjadi Juara Favorit lomba Essay Nasional GAMAIS Islamic Fair 2016 yang diadakan oleh FKM Universitas Diponegoro Semarang.