Berita terkini

Kuliah Online Psikologi UP45: Menggali Potensi dan Kecerdasan Anak

Biro psikologi UP45 bekerja sama dengan Komunitas Psikologi Yogyakarta, Action Kita melaksanakan kuliah online dengan tema “Menggali Potensi dengan Memahami Kecerdasan Anak” (11/04/2020). Kuliah online ini diikuti lebih dari 200 peserta yang terdiri dari ibu rumah tangga, guru, mahasiswa, dan masyarakat umum lainnya dari Yogyakarta, Ciamis, Bandung, dan Arab Saudi. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Sapta Kurniawati, M.Psi yang merupakan Dosen Psikologi UP45, Praktisi Pendidikan, dan Konselor.

            Pada kuliah online ini, Sapta memaparkan bahwa dengan tema yang ada Biro psikologi UP45 dan Action Kita berharap aktivitas belajar bisa dilakukan dengan mudah dan mampu menciptakan suasana yang saling berbagi dalam menciptakan belajar yang efektif dan menyenangkan.

“Pandemi covid 19 membuat semua mengubah kebiasaan sebagai makhluk sosial maupun individu. Proses menjaga diri, orang lain dan lingkungan dalam proses harus berada di dalam rumah dalam waktu yang sangat lama. Setiap manusia beradaptasi dengan mengkondisikan dan aktivitas di luar kebiasaan. Salah satunya adalah belajar tanpa harus bertemu secara fisik” kata Sapta.

Sapta mengungkapkan, “Semua orang tua pada masa pandemi ini mendadak menjadi guru di rumah dalam jangka waktu yang lama. Proses pembelajaran klasikal di sekolah dan di rumah pasti berbeda. Bisa saja muncul hambatan karena orang tua harus menjelaskan semua materi tanpa modalitas memahami cara dan metode dalam pembelajaran”.

“Hambatan itu bisa menjadi kendala yang membuat semua tertekan, terutama anak mengalami kondisi harus menerima guru baru yang proses menjelaskan tentu berbeda dengan guru di sekolah, mampu lebih baik atau sebaliknya. Semua mengalami stressor yang sangat tidak nyaman karena terlihat kekurangan dalam proses pembelajaran” tandas Sapta.

Sapta menegaskan orang tua terlebih dahulu harus mampu memahami kondisi anak dengan memahami potensi kecerdasan masing-masing sehingga memahami cara belajar yang sesuai dan meningkatkan kemampuan anak secara maksimal. Contohnya anak kinestetik ketika memahamkan pembelajaran tentu tidak mampu sekadar dengan auditori mendengarkan suara penjelasan dari orang tua seakan sebagai angin lewat saja. “Hal ini dapat diantisipasi orang tua dengan memahami model pembelajaran yang menyenangkan untuk buah hatinya dalam kondisi pandemic” tutup Sapta.

Dalam kesempatan yang berbeda, Sapta mengungkapkan bahwa dana yang terkumpul dari kuliah online ini 100% akan diberikan kepada masyarakat dhuafa yang terkenai dampak wabah covid 19.

Peduli Dampak Corona, Biro Psikologi UP45 dan Komunitas Psikologi Action Kita Galang Dana

Biro Psikologi UP45 bersama Komunitas Psikologi Action Kita berkomitmen melakukan penggalangan dana bagi masyarakat tidak mampu yang tidak dapat melakukan aktivitas dan kesulitan mencari nafkah akibat dampak covid 19. Dari dana yang terkumpul dibelikan sembako dan 50 pack nasi box yang dibagikan kepada 36 KK. Pembagian sembako dan nasi box ini dilakukan pada 10 april 2020 di Dusun Gemawang dan Pogung Rejo Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta.

Sapta Kurniawati, M.Psi selaku dosen dan tim Biro Psikologi UP45 menjelaskan bahwa proses pembagian sembako dan nasi box dilakukan secara bertahap untuk menghindari kerumunan masyarakat pada saat penerima bantuan. Program physical distancing tetap harus ditegakkan untuk menjaga diri, orang lain dan lingkungan walaupun pada saat pembagian sembako penerima donasi terlihat belum konsisten dengan penggunaan masker dan physical distancing.

Sapta menambahkan bahwa virus corona yang semakin mewabah terus menerus berdampak pada semua dunia usaha dan masyarakat terkena imbasnya. “Program lockdown yang dilakukan oleh masyarakat dengan harapan meminimalisir penyebaran virus corona jika tidak disertai dengan pemenuhan kebutuhan pokok tidak akan efektif”, tambah Sapta. Menurut Sapta langkah ini masih belum bisa ditegakkan masyarakat secara maksimal dan harus terus disosialisasikan kepada masyarakat dengan media online dan sosial.

“Biro psikologi UP45 dan Komunitas Psikologi Action Kita akan terus menggalang donasi melalui kuliah online yang akan dilakukan 1-2 pekan sekali hingga wabah covid 19 berakhir. Semoga bantuan kecil ini mampu membuat senyum penerima donasi dan pemberi donasi. Berbagi itu memang indah dan membahagiakan” tutup Sapta.

Kuliah Online Kolaborasi Biro Psikologi UP45 dan Action Kita : Pendidikan Karakter Anak Peduli Lingkungan

Biro psikologi UP45 bekerja sama dengan Komunitas Psikologi Action Kita melaksanakan kuliah online yang ke dua dengan tema “Pendidikan Karakter Anak Peduli Lingkungan” pada Minggu, 19 April 2020. Kuliah online ini diikuti oleh orang tua muda, guru, praktisi pendidikan dan masyarakat umum. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Febriyanti Angelia Ginting, S.Pd., M.Sc. (Dosen Teknik Lingkungan UP45 dan Pemerhati Lingkungan) dan Sapta Kurniawati, M.Psi (Dosen Psikologi UP45, Praktisi Pendidikan, dan Konselor).

Pada kegiatan ini, Febri memaparkan bahwa ada 18 butir nilai-nilai dalam pendidikan karakter dan diperlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Salah satunya adalah metode keteladanan dan metode pembiasaan. Tujuan dari pendidikan lingkungan hidup adalah mengubah perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap lingkungan. “Untuk membentuk karakter anak peduli lingkungan maka orang tua harus memberikan contoh terlebih dahulu mengingat anak adalah peniru yang ulung. Pada usia dini akan lebih mudah membentuk karakter anak karena anak lebih cepat menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya” lanjut Febri.

Lebih lanjut Febri menjelaskan bahwa karakter peduli lingkungan juga bisa berdampak pada pengambilan keputusan oleh anak ketika dewasa. Salah satunya dikarenakan sejak dini sudah dididik untuk bertanggung jawab dengan sampahnya sendiri dan terpatri di dalam dirinya sehingga ketika dewasa anak akan bertanggung terhadap keputusan-keputusan yang diambil.

Sapta menambahkan bahwa salah satu efek yang akan terjadi bila seorang anak belajar menjaga lingkungan adalah anak mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dalam sebuah kelompok. “Di situ akan terlihat kemampuan anak dalam menyampaikan informasi, perkembangan bahasanya akan jauh lebih meningkat apalagi untuk anak usia dini, bagaimana dia belajar merencanakan kemudian membimbing rekannya sendiri, dan memonitor perilaku dari mereka sendiri. Hal ini terjadi ketika anak itu dilibatkan pada proses di dalam sebuah kelompok atau lingkungan sehingga kemampuan kognitifnya berkembang maksimal” tambah Sapta.

“Dengan kita memahamkan tentang peduli lingkungan untuk karakter anak efeknya sangat luar biasa. Efek positif bukan hanya sekadar tempat menjadi bersih saja sebenarnya di situ adalah proses pengelolaan diri secara sosial dan itu akan berkembang sehingga kecerdasan sosial itu akan muncul” tambah Sapta.

“Salah satu contoh yang bisa dilakukan orang tua agar anak peduli terhadap lingkungan adalah dengan mengajak anak menanam tanaman atau pohon, membuang sampah pada tempatnya, hemat menggunakan air dan listrik, mematikan keran air setelah selesai mandi, tidak menyalakan lampu saat hari masih terang, dan masih banyak hal lainnya” ungkap Febri.

Sapta memaparkan ada beberapa tahapan pengenalan lingkungan sesuai usia anak dan sangat penting memahaminya karena tidak mungkin mengenalkan lingkungan dengan bahasa orang dewasa kepada anak yang berusia 2 tahun. Tahap pertama, sensori motori di bawah usia 2 tahun. Pada usia ini anak proses membangun pemahaman tentang dunia dan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman dari sensornya. Kedua, tahap pra operasional, usia 2-7 tahun dimana anak sudah mulai memahami makna dan simbol. Pada tahap ini anak bisa diajarkan misalnya bangun tidur membersijkan diri dan tempat tidur, menyapu kamar, sambil memberikan reward disertai penguatan postif dan bersifat menyenangkan. Membuang sampah pada tempatnya, menyiram tanaman, menjaga tanaman, dan hal lainnya. Tahap ketiga adalah Tahapan operasional konkret, usia 7-11 tahun. Anak-anak mampu diajak diskusi dan berpikir logis dan mampu menerapkan dan memberikan intruksi. Orang tua mampu menerapkan hal-hal yang bersifat kesepakatan misalnya apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan rumah.

Tahap ke empat, operasi formal yaitu mampu berpikir formal, usia 11 tahun ke atas. Kemampuan berpikir anak sudah logis dan dapat menarik kesimpulan dari informasi. Anak mampu diajak berdiskusi efek jika tidak membuang sampah pada tempatnya. “Pada tahap ini anak seharusnya jauh lebih baik dari usia di bawahnya” tandas Sapta.

Di akhir kuliah, Febri dan Sapta mengajak orang tua untuk konsisten melakukan kegiatan-kegiatan tersebut terus menerus hingga menjadi kebiasaan dan budaya bagi anak.

Tingkatkan Tata Kelola Usaha, Pemdes Kraguman Kerjasama dengan UP45 Adakan Pelatihan UMKM

Pemerintah Desa Kraguman Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten bekerjasama dengan Pusat Studi Kebijakan, Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat (PSKPPM) Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta (UP45) mengadakan Pelatihan Penguatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bagi  warga Desa Kraguman di Pendopo Desa Kraguman, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten pada Jum’at (10/1/2020) siang.

Kepala Desa Kraguman, Sunaryo dalam sambutannya menyampaikan  bahwa pelatihan ini dimaksudkan untuk menigkatkan ketrampilan manajemen usaha bagi pelaku UMKM  agar terus maju dan berkembang dalam menjalankan usahanya. “Saat krisis moneter melanda, usaha UMKM ini terbukti tetap hidup dan menjadi tiang penyangga ekonomi. Pelaku UMKM adalah pahlawan ekonomi yang tak kenal menyerah dan putus asa. Pelaku UMKM harus maju dan berkembang untuk menjalankan usahanya.” tuturnya.

Rangkaian kegiatan ini selain pelatihan UMKM juga diserahkan bantuan dana penguatan modal usaha bagi 25 pelaku UMKM Desa Kraguman, Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten.  Untuk Pelatihan Penguatan UMKM sebagai nara sumber yaitu Djoko Wiyono SE MM, Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.

Djoko Wiyono menjelaskan bahwa, ”Kunci sukses dalam berwirausaha terletak pada mental kita berwirausaha yaitu keuletan dan kesabaran. Jadi sebetulnya ada modal, ada fasilitas dan lain sebagainya hanya sebagai pelengkap. Selama mental kita tidak kuat, susah untuk mencapai kesuksesan. Pelaku usaha harus mampu menyiapkan mental untuk menghadapi resiko terhadap kendala-kendala yang ada. Pelaku usaha harus maju terus tidak surut akan kendala yang dihadapi.”

Lebih lanjut Djoko Wiyono memaparkan bahwa pelaku wirausaha juga harus selalu memperbaiki apa yang telah kita lakukan. Hal tersebut dapat menyangkut tentang produk, harga, distribusi, promosi, produksi, keuangan dan sumber daya manusianya. Salah satunya menyangkut produk. Pelaku wirausaha harus mampu memanfaatkan dan membaca sebuah peluang. Selain itu, pelaku wirusaha juga perlu inovatif dan kreatif untuk menciptakan nilai tambah dari sebuah produk. “Limbah kayu kalau jatuh ditangan orang kreatif jadi produk kerajinan tapi kalau tidak, ya, hanya jadi sampah cuma dibakar. Intinya, wirausaha itu harus kreatif, inovatif membuat sesuatu yang unik. Pelaku UMKM kalau menjual barang atau jasa yang unik itu mudah tapi kalau barangnya sama susah. Jadi, inovasi dari sebuah keunikan adalah hal yang penting jika ingin sukses usahanya. Jika produk kita unik jadi mudah dikenali. Keunikan itu dapat  dari pelayanannya, produknya, kemasannya dan lain sebaainya,” paparnya.

Sedangkan Sekretaris PSKPPM UP45, Nurhadi, MPA disela-sela mengikuti kegiatan pelatihan menyatakan program pemerintah desa berupa bantuan dana bagi pelaku UMKM dan pelatihan penguatan manajemen UMKM sangatlah strategis dan diharapkan mampu mengembangkan kapasitas manajemen usaha UMKM.

“Bantuan dana dari pemerintah desa seperti ini dapat menjadi akselerator usaha bagi pelaku usaha. Namun, pelaku usaha juga harus memanfaatkan dana tersebut untuk hal-hal yang produktif. Selain itu, pelaku UMKM harus terus menerus mencermati kemajuan pengelolaan usahanya. Perlu terus menvalidasi terkait kualitas usahanya. Untuk itu, perlu mengembangkan forum belajar bersama melalui pelatihan atau pertemuan informal bagi pelaku usaha baik basisnya personal maupun komunitas seperti kelompok sadar wisata, kelompok pengrajin maupun Badan Usaha Milik Desa,” pungkasnya.

Setelah kegiatan pelatihan dan diskusi tentang manajemen UMKM, kegiatan ditutup dengan penyerahan bantuan dana penguatan UMKM dan penandatanganan naskah kerjasama antara PSKPPM Fisipol Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta yang dengan Pemerintah Desa Kraguman Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten.

Kalender Akademik 2019/2020

Kalender Akademik Tahun 2019/2020

Berikut adalah kalender akademik untuk tahun ajaran 2019/2020

 

 

KUI & FAKULTAS TEKNIK UP45 MENGGELAR SEMINAR DAN WORKSHOP “IMPLEMENTATION WASTE TO ENERGY TECHNOLOGY FOR YOGYAKARTA, RENEWABLE ENERGY MIX ACHIEVEMENT”

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta (UP45), dalam upaya memberikan kesadaran, pemahaman dan upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan termasuk menggelar seminar dan workshop. Adapun acara berlangsung pada hari Kamis, 14 November 2019, bertempat di Gedung Sukarno, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, Jl. Proklamasi No 1 Caturtunggal, Babarsari, Depok, Sleman Yogyakarta. Tema yang diangkat: “Implementation Waste to Energy Technology for Yogyakarta, Renewable Energy Mix Achievement”. Menghadirkan narasumber Prof. DR. Ir Theo van der Meer dari Universitas Twente Belanda.

Dekan Fakultas Teknik Syamsul Maarif ,ST,MEng  mengatakan “Indonesia dituntut untuk mampu menghadirkan dan menggunakan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk ketahanan energi yang berkelanjutan. Tantangan dunia kedepan dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan keharusan menciptakan alternatif  Renewable Energy atau Energi Baru Terbarukan (EBT) memacu UP45 untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Permasalahan sampah yang masih perlu perhatian khusus kita semua juga mendorong UP45 terus berinovasi dengan prinsip waste to energy.” KUI UP45 bekerjasama dengan Fakultas Teknik dimana terlibat dalam kegiatan tersebut Teknik Mesin, Teknik Industri dan Teknik Lingkungan, untuk  menciptakan berbagai inovasi. Beberapa inovasi tersebut bahkan telah memiliki hak paten.

Dalam kesempatan tersebut, Kantor Urusan Internasional Universitas Proklamasi 45 (KUI UP45), Fakultas Teknik UP45 bekerjasama dengam Lembaga PUM Netherlands Senior Expert yaitu sebuah lembaga yang bergerak dibidang pendampingan oleh Expert (ahli) yang merupakan pensiunan ahli dari negara Belanda. Dari kerjasama tersebut, UP45 melalui PUM Netherlands Senior Expert mendatangkan ahli/pakar bidang energi dan lingkungan ke Indonesia yang akan berkegiatan di UP45 sejak tanggal 03 November 2019 sampai dengan 16 November 2019.

Acara diikuti oleh hampir 200 peserta dimana banyak yang berasal dari mahasiswa, dosen, pemerhati lingkungan, pemerintah daerah, pemerintah kecamatan, DLH (Dinas Lingkungan Hidup), perwakilan TPSR. Dalam kesempatan tersebut diberikan penyerahan piagam kepada narasumber Prof Theo Van der Meer, SR Yunanstuti Daud, dan kenang kenangan kepada Pemerintah Kecamatan, sekaligus perwakilan TPSR3 Kalasan. Animo peserta begitu besar, terbukti setiap termin pertanyaan penanya begitu banyak. Acara diikuti dari berbagai prodi, berasal dari dosen baik dari UP45 maupun UPN Veteran, Akprind, ITY, dan berbagai mitra organisasi.

UP45 dan AIBPM Laksanakan Conference of Project Management di Yogyakarta

Universitas Proklamasi 45 bersama dengan Association of International Bussiness & Professional Management (AIBPM) melaksanakan International Conference of Project Management dengan tema Corporate and Business Sustainability in The Global World di Hotel Grand Mecure pada 16-17 November 2019. Conference ini dihadiri 153 peserta dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, dan Kuwait yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan praktisi. Pada event ini, UP45 bertindak sebagai co host.

Keynote speaker dalam dalam kegiatan ini adalah Prof. Uttam Gaulee, Ph.D dari Star Scholarship Network, Dr. Sher Singh Bhakar dari Prestige Institute of Management, dan Dr. Daisy Kee Mui Hung dari Universiti Sains Malaysia.

Menurut Liem selaku President of AIBPM, kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi para akademisi dan mahasiswa dalam menuangkan ide-ide inovatif khususnya dalam bidang bisnis dan manajemen dalam bentuk paper ataupun jurnal ilmiah. “Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi kegiatan rutin di Jogja dan tahun depan juga bisa dilaksanakan di Jogja. Conference kami berikutnya akan diadakan di India pada tanggal 23 Desember 209, kami berharap peneliti, dosen, dan mahasiswa dapat bergabung di conference AIBPM berikutnya, tambah Liem.

M. Ali Sukrajap selaku Wakil Rektor Bidang Pemasaran dan Kerja sama sekaligus  mengungkapkan, “Kegiatan hari ini telah berjalan dengan baik dan berharap kegiatan ini terus berlangsung di masa yang akan datang di Yogyakarta”.

Senada dengan yang disampaikan Ali, Ira Kristiana selaku ketua Panitia juga mengungkap kegiatan ini berjalan lancar dan sangat menarik bahkan banyak presenter yang ingin mempresentasikan presentasinya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan. “Selanjutnya kami akan melaksanakan conference-conference di dalam maupun di luar negeri. “Jurnal-jurnal yang sudah dipresentasikan akan di publikasikan di International Journal of Supply Chain (Scopus Q4), Journal of International Students (Section Bahasa Scopus Q2), Opcion (Scopus Q3): Multidiciplinary Topic, Utopia (Scopus Q2): Multidiciplinary Topic, Kasmera (Scopus Q3): Health Topic, Journal of Advanced Research in Dynamical and Control Systems-JARDS (Scopus Q4): Engineering, Computer Science, Related Topic, and International Journal of Applied Bussines and International Management (DOAJ, CrossREF, Google)” tutup Ira.

PSIKOLOGI UP45: REFLEKSI KASUS PARENTING PADA MASYARAKAT SOROSUTAN

Kasus kekerasan di kalangan remaja merupakan permasalahan yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Upaya pencegahan dan mengurangi resiko kasus kekerasan tersebut dilakukan pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menanganinya. Salah satunya dengan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta melalui Fakultas Psikologi. Salah satu kegiatannya adalah refleksi kasus parenting yang telah terlaksana di ruang pertemuan kelurahan Sorosutan, Daerah Istimewa Yogyakarta (3/11). Kegiatan ini merupakan rangkaian program sosialisasi anti kekerasan terhadap anak yang dilaksanakan oleh Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Yogyakarta.

“Setiap keluarga memiliki cara mendidik anak di rumah dalam menumbuhkan budi pekerti dan budaya prestasinya. Orang tua perlu terus belajar untuk menyesuaikan perkembangan anak dan zaman”, ungkap Drs. Rumpis Trimintarta selaku Camat Umbulharjo dalam sambutannya. Rumpis menambahkan tentang peran pemuda, remaja dalam pembangunan. “Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda, remaja memiliki peran yang sangat strategis. Bukan hanya eksistensinya, yang akan mengisi kepemimpinan di masa depan, melainkan juga pada saat ini”, tandas Rumpis.

Polana Setiya Hati, S.SI, MM., perwakilan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Yogyakarta menjelaskan bahwa dalam acara ini para tokoh masyarakat Sorosutan difasilitasi untuk melakukan refleksi kasus bersama dengan pihak kepolisian serta kalangan akademisi. “Sasaran peserta sejumlah 100 orang, meliputi perwakilan jajaran pemerintahan Camat, Lurah, RW / RT, Anak usia SMP-SMA dan perwakilan para Orang tua”, jelas Pola.

Menurut Pola, remaja masa kini memiliki banyak kerentanan dan masalah-masalah yang mengancam masa depannya. “Masalah-masalah remaja yang dihadapi saat ini misalnya meningkatnya jumlah remaja yang terlibat aksi kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, dan kehamilan tidak diinginkan”, ungkap Iptu. Kardiyana dari Polresta Yogyakarta. 

Salah satu narasumber dalam kegiatan ini adalah Ekan Suliandari, Psikolog dalam kegiatan ini lebih memberikan pendampingan tentang cara pengelolaan emosi pada para remaja.

Narasumber lainnya dalam kegiatan ini adalah Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A. dari Fakultas Psikologi UP45 yang menekankan pada pembinaan dari sisi lingkungan keluarga dan sosial. Pada sesi ini para peserta sangan antusias melontarkan berbagai pertanyaan. Salah satunya dari Subandono (RT49), yang menanyakan, “Bagaimana caranya menghadapi untuk membatasi anak yang selalu bermain hp, marah ketika diperingatkan?” “Silakan diskusi dengan anak, buat semacam kesepakatan dan penting kita mengetahui aplikasi apa yang sering digunakan anak dalam hp nya” jawab Wahyu.

Pertanyaan lain datang dari Yulianto (RT52), “Putri saya SMP, dulu begitu dekat dengan saya dan memiliki hobi sama dengan saya yaitu mendengarkan lagu. Namun sekarang dia lebih suka menyendiri, gaya bicaranya kurang bersahabat seperti beberapa teman-temannya. Bagaimana cara agar saya dapat dekat dan berkomunikasi baik seperti dulu lagi?” Menurut Wahyu, sewajarnya di usia SMP anak cenderung lebih dekat dengan teman sebayanya. Alternatif agar orang tua tetap bisa dekat dengan anak yaitu orang tua harus mampu bersikap sebagai seorang teman, sahabat yang bagi anak.

Sedikit berbeda dengan penanya lainnya, Jubandi RT(50) menanyakan, “Bila orangtua, keluarga merupakan pembentuk karakter bagi anak, bagaimana cara membentuk karakter yang baik padahal ada lingkungan juga yang mempengaruhi?” Jawab Wahyu, “hendaknya orang tua menanamkan nilai-nilai positif sejak usia dini.  Ketika anak tumbuh dan berkembang di usia remaja, berikan perhatian, kebebasan dan kepercayaan agar anak juga belajar untuk bertanggungjawab”.

Pertanyaan berikutnya dilontarkan oleh Junayah (RT51), “Bisakah kami diberikan contoh-contoh perilaku kenakalan remaja dalam bentuk film agar kami lebih bisa paham hal apa saja yang sering dilakukan oleh remaja saat ini yang mungkin tidak kami ketahui?” Jawab Pola, “baik bisa, ini sebagai masukan bagi kami untuk menyajikan film tentang kenakalan remaja”.

Syukur (RW13) menanyakan, ”Saat ini sering ada berita tentang terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh remaja. Bagaimana membangun sikap mental terkait dengan spiritual bagi remaja?” Menurut Wahyu, teladan dari orang tua sangat penting. Remaja cenderung lebih bisa menerima dan memahami contoh nyata daripada nasehat atau sekedar teori. Kondisi keluarga yang harmonis akan membentuk sikap mental yang kuat bagi remaja.

“Hendaknya keluarga dapat menjalankan fungsinya yakni dengan mencipatakan komunikasi yang afektif antar anggota keluarga, memberikan dukungan, perhatian dan kepedulian terhadap remaja serta memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku remaja agar tidak ke arah perilaku negatif melainkan mengarahkan remaja untuk meregulasi diri dalam proses perkembangannya dan membentuk menjadi individu yang memiliki daya juang”, tutup Wahyu.

UP45 GALAKKAN ANTI KEKERASAN

Sosialisasi anti kekerasan kepada masyarakat gencar dilakukan oleh pemerintah kota Yogyakarta. Upaya nyata pencegahan dan mengurangi resiko berulangnya kejadian kekerasan yang melibatkan remaja didukung berbagai pihak baik tokoh masyarakat, pihak Kepolisian dan kalangan akademisi. Kegiatan yang telah terlaksana antara lain yaitu pelatihan anti kekerasan bagi orangtua dan anak di era milenial. Berlangsung di ruang pertemuan Kelurahan Ngampilan, jl. Purwodiningratan No 922, Kota Yogyakarta DIY, (2/11).

Ir. Edy Muhammad selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Yogyakarta pada membuka acara menjelaskan bahwa pemerintah tanggap terhadap kondisi kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat. “Pelaporan, pengaduan kekerasan dapat dilakukan dengan telepon bebas pulsa. Tersedia pelayanan hukum dan psikologis bagi korban”, jelas Edy.

Polana Setiya Hati, S.SI, MM., selaku koordinator UPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Kota Yogyakarta menjelaskan agar penyampaian materi agar lebih tepat sasaran maka metode pelatihan anti kekerasan ini dibagi menjadi dua kelas yaitu bagi orang tua dan remaja. “Bagi remaja diberikan pelatihan tentang pengendalian emosi agar para remaja lebih mampu mengelola emosinya”, ungkap Polana.

Materi tentang Refleksi kasus dan dampak hukum dipaparkan oleh Iptu. Kardiyana dari Polresta Yogyakarta. “Banyak remaja saat ini yang menggunakan narkoba sehingga perilaku berubah menjadi negatif. Dampak narkoba jauh lebih berbahaya dibandingkan miras”, jelas Kardiyana.  Sedangkan materi bagi kelas remaja mengangkat tema tentang Remaja di era milenial dan strategi pengendalian emosi yang disampaikan oleh Ekan Suliandari, Psikolog.

Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari para tokoh masyarakat setempat, RT, RW dan para orang tua yang memiliki putra-putri usia remaja. Antusiasme peserta dalam mengikuti acara ditunjukan dengan berbagai pertanyaan. Diungkapkan dalam sesi tanya jawab tentang materi Parenting di Era Milenial yang disampaikan oleh Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A. dosen Fakultas Psikologi UP45 Yogyakarta, “Pola komunikasi keluarga menjadi media pembelajaran bagi anak dan Orangtua bertanggungjawab atas pendidikan moral serta etika sebagai pembentuk karakter kepribadian anak”.

Pertanyaan lain datang dari Ibu Ririn (RW10), “Bagaimana cara agar cepet pinter menggunakan HP agar sebagai orang tua juga bisa mengawasi anak sehingga anak tidak menyalahgunakan HP?” Wahyu menjawab, “Silakan minta diajari oleh putra ibu. Jadikan belajar HP sebagai kesempatan untuk menjalin komunikasi dan kepercayaan yang baik dengan anak”.

Pertanyaan lain juga datang dari Ibu Lusi (RW05), “Bagaimana menyikapi anak yang sulit diatur dan mendampinginya sebagai seorang single parent”? Wahyu mengemukakan bahwa situasi anak yang dirasa sulit diatur bisa terjadi karena pola komunikasi yang kurang tepat. Biasakan anak untuk diajak berdialog, diskusi tentang berbagai hal. Kondisi single parent penting dijelaskan kepada anak agar anak mulai belajar tentang realita yang ada.

Ibu Irma dari RW09 menanyakan, “Bagaimana berkomunikasi dengan anak yang tertutup? Putri saya kelas 3 SMP”. “Komunikasi yang baik dapat terjadi bila ada kepercayaan dan kondisi yang tepat dari orangtua dan anak maka sebagai orangtua hendaknya siapkan waktu dan sikap untuk mendengarkan anak”, tutup Wahyu.

Acara ditutup dengan penandatanganan deklarasi anti kekerasan oleh seluruh peserta serta perwakilan tokoh masyarakat yang hadir. Adapun kutipan isi deklarasi yaitu Segenap warga masyarakat bersama-sama dengan pemerintah aparat penegak hukum di Kecamatan Ngampilan dengan sungguh-sungguh berkomitmen untuk lindungi dan selamatkan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan, menciptakan lingkungan yang ramah, mewujudkan pola asuh dengan penuh cinta, bertekad tidak takut melaporkan tindak kekerasan, menegakkan hukum, berjuang mewujudkan zero kekerasan menuju Yogyakarta Istimewa demi masa depan bangsa Indonesia yang gemilang.

UP45 TURUT SOSIALISASIKAN ANTI KEKERASAN

Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Yogyakarta menyelenggarakan rangkaian program sosialisasi anti kekerasan terhadap anak. Kegiatan didukung oleh tokoh masyarakat, pihak Kepolisian dan Fakultas Psikologi UP45 Yogyakarta. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 2 minggu di berbagai lokasi Kelurahan Keparakan, Ngampilan, Sorosutan, Pakuncen. Sosialisasi hari pertama edukasi anti kekerasan bagi masyarakat dilaksanakan di Kelurahan Keparakan, Ndalem Pujokusuman pada Minggu, 27 Oktober 2019 dengan tema Parenting di Era Milenial dengan narasumber Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A. selaku dosen Fakultas Psikologi UP45. Kegiatan ini dihadiri camat, lurah, perwakilan RT, RW, para remaja dan orang tua.

Dra. Tyasning Handayani selaku Sekdin. DPMPPA Kota Yogyakarta mengemukakan kegiatan edukasi kekerasan kepada anak dan orang tua sangatlah penting dilakukan sebagai upaya meminimalisir resiko terjadinya kekerasan pada anak pada dalam pembukaan acara sosialisasi anti kekerasan. Agar lebih tepat sasaran dalam penyampaian materi maka panitia membagi acara ini dalam dua sesi yaitu orang tua dan anak-anak.

Pada sesi orang tua, Wahyu menjelaskan bahwa fenomena maraknya anak sebagai pelaku dan korban kekerasan di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini kian meresahkan bagi masyarakat. Upaya pencegahan dan mengurangi resiko berulangnya kejadian serupa membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. “Kasus kenakalan remaja di Yogyakarta semakin memprihatinkan karena mengarah pada tindakan melanggar hukum”, tambah Kardiyanto selaku narasumber dari Polsek Yogyakarta.

“Parenting merupakan saat untuk kita belajar menjadi orang tua yang lebih baik. Kita tidak cukup hanya mengetahui apa yang terjadi, tapi bagaimana kita dapat berperan mempersiapkan generasi yang mampu menjadi “pelaku” di era milenial tanpa menghilangkan peran pengasuhan dan cinta”, jelas Wahyu.

Wahyu mengemukakan bahwa tantangan dalam mendidik anak di era teknologi saat ini menjadi sangat dinamis. Parenting yang dilakukan oleh orang tua menjadi dasar bagi anak dalam membentuk kepribadiannya. Pola asuh mengacu pada sikap, ucapan, dan perilaku serta penampilan orang tua yang mengedepankan kesadaran dalam mengasuh buah hati mereka. Sikap yang perlu di kembangkan oleh orang tua antara lain tidak menunjukkan sikap negatif seperti marah, perilaku kasar terhadap anak, mengetahui kapan berhenti sejenak dari pada bereaksi, serta mendidik anak dilakukan dengan pengendalian emosi. Dalam kesempatan ini RM Ibnoe Titi Murhadi, putra dr GBPH Poedjokoesomo, (putra Sri Sultan Hamengkubuwono VIII) dan cucu Sri Sultan VIII turut hadir dan mengungkapkan bahwa Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan hendaknya tetap mampu menjaga karakter yang berbudaya serta anti kekerasan.

Dra. Siti Darojati, M.Psi., selaku panitia  mengungkapkan acara sosialisasi anti kekerasan sebagai reintegrasi kasus berupa edukasi kepada anak dan orang tua dalam rangka meminimalisir resiko terjadinya kekerasan pada anak yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta terlaksana dengan lancar disertai antusiasme dari peserta. “Peserta yang hadir menjadi lebih menyadari bahwa peristiwa kekerasan di kalangan anak serta remaja seharusnya tidak terjadi. Orang tua serta lingkungan masyarakat bertanggungjawab sepenuhnya dalam mendidik dan memberikan pendampingan yang lebih positif pada anak”, tutup Siti.