UP45 GALAKKAN ANTI KEKERASAN
Sosialisasi anti kekerasan kepada masyarakat gencar dilakukan oleh pemerintah kota Yogyakarta. Upaya nyata pencegahan dan mengurangi resiko berulangnya kejadian kekerasan yang melibatkan remaja didukung berbagai pihak baik tokoh masyarakat, pihak Kepolisian dan kalangan akademisi. Kegiatan yang telah terlaksana antara lain yaitu pelatihan anti kekerasan bagi orangtua dan anak di era milenial. Berlangsung di ruang pertemuan Kelurahan Ngampilan, jl. Purwodiningratan No 922, Kota Yogyakarta DIY, (2/11).
Ir. Edy Muhammad selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Yogyakarta pada membuka acara menjelaskan bahwa pemerintah tanggap terhadap kondisi kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat. “Pelaporan, pengaduan kekerasan dapat dilakukan dengan telepon bebas pulsa. Tersedia pelayanan hukum dan psikologis bagi korban”, jelas Edy.
Polana Setiya Hati, S.SI, MM., selaku koordinator UPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Kota Yogyakarta menjelaskan agar penyampaian materi agar lebih tepat sasaran maka metode pelatihan anti kekerasan ini dibagi menjadi dua kelas yaitu bagi orang tua dan remaja. “Bagi remaja diberikan pelatihan tentang pengendalian emosi agar para remaja lebih mampu mengelola emosinya”, ungkap Polana.
Materi tentang Refleksi kasus dan dampak hukum dipaparkan oleh Iptu. Kardiyana dari Polresta Yogyakarta. “Banyak remaja saat ini yang menggunakan narkoba sehingga perilaku berubah menjadi negatif. Dampak narkoba jauh lebih berbahaya dibandingkan miras”, jelas Kardiyana. Sedangkan materi bagi kelas remaja mengangkat tema tentang Remaja di era milenial dan strategi pengendalian emosi yang disampaikan oleh Ekan Suliandari, Psikolog.
Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari para tokoh masyarakat setempat, RT, RW dan para orang tua yang memiliki putra-putri usia remaja. Antusiasme peserta dalam mengikuti acara ditunjukan dengan berbagai pertanyaan. Diungkapkan dalam sesi tanya jawab tentang materi Parenting di Era Milenial yang disampaikan oleh Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A. dosen Fakultas Psikologi UP45 Yogyakarta, “Pola komunikasi keluarga menjadi media pembelajaran bagi anak dan Orangtua bertanggungjawab atas pendidikan moral serta etika sebagai pembentuk karakter kepribadian anak”.
Pertanyaan lain datang dari Ibu Ririn (RW10), “Bagaimana cara agar cepet pinter menggunakan HP agar sebagai orang tua juga bisa mengawasi anak sehingga anak tidak menyalahgunakan HP?” Wahyu menjawab, “Silakan minta diajari oleh putra ibu. Jadikan belajar HP sebagai kesempatan untuk menjalin komunikasi dan kepercayaan yang baik dengan anak”.
Pertanyaan lain juga datang dari Ibu Lusi (RW05), “Bagaimana menyikapi anak yang sulit diatur dan mendampinginya sebagai seorang single parent”? Wahyu mengemukakan bahwa situasi anak yang dirasa sulit diatur bisa terjadi karena pola komunikasi yang kurang tepat. Biasakan anak untuk diajak berdialog, diskusi tentang berbagai hal. Kondisi single parent penting dijelaskan kepada anak agar anak mulai belajar tentang realita yang ada.
Ibu Irma dari RW09 menanyakan, “Bagaimana berkomunikasi dengan anak yang tertutup? Putri saya kelas 3 SMP”. “Komunikasi yang baik dapat terjadi bila ada kepercayaan dan kondisi yang tepat dari orangtua dan anak maka sebagai orangtua hendaknya siapkan waktu dan sikap untuk mendengarkan anak”, tutup Wahyu.
Acara ditutup dengan penandatanganan deklarasi anti kekerasan oleh seluruh peserta serta perwakilan tokoh masyarakat yang hadir. Adapun kutipan isi deklarasi yaitu Segenap warga masyarakat bersama-sama dengan pemerintah aparat penegak hukum di Kecamatan Ngampilan dengan sungguh-sungguh berkomitmen untuk lindungi dan selamatkan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan, menciptakan lingkungan yang ramah, mewujudkan pola asuh dengan penuh cinta, bertekad tidak takut melaporkan tindak kekerasan, menegakkan hukum, berjuang mewujudkan zero kekerasan menuju Yogyakarta Istimewa demi masa depan bangsa Indonesia yang gemilang.