Berita terkini

Hadapi Pembelajaran Tatap Muka, Dua Akademisi UP 45 Berikan Edukasi Masyarakat Melalui Siaran Radio

YOGYAKARTA –  Kebijakan Pemerintah yang akan mengijinkan sekolah-sekolah kembali melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) memerlukan adaptasi baru dan kesiapan sekolah serta edukasi kepada orang tua siswa.

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45, FX. Wahyu Widiantoro mengatakan saat ini banyak orang tua yang telah mempersiapkan anak-anaknya kembali masuk ke sekolah. Namun demikian, menurut Wahyu, untuk menghadapi PTM nantinya perlu adaptasi baru, baik dari sekolah maupun orang tua siswa,

“Misalnya bagi orang tua siswa yang usianya masih anak-anak, aktifitas mengantar dan menjemput sekolah tentu mulai dilaksanakan kembali. Perlu adanya adaptasi untuk menjalani kegiatan ini setelah selama hampir 2 tahun anak-anak sendiri melaksanakan pembelajaran secara online untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Banyak persiapan yang perlu dilakukan oleh orang tua, begitu juga oleh sekolah sendiri. Penerapan protokol kesehatan salah satunya yang harus dilakukan,” tuturnya dalam keterangan pers yang diterima jogjakartanews.com, Selasa (05/10/2021).

Menurut Wahyu, untuk mempersiapkan PTM, UP 45 telah menyelenggarakan program pengabdian masyarakat berupa edukasi dan sosialisasi terkait usaha-usaha apa saja yang perlu dilakukan oleh orang tua untuk mempersiapkan anak menghadapi PTM di sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui siaran radio 97,4 FM Sonora Yogyakarta pada Selasa 28 September 2021,  pukul 11.00-12.00 Wib. Selain Wahyu, materi dalam sosialisasi dan edukasi tersebut juga disampaikan oleh RR. Putri Ana Nurani, SS., MM., Dosen Fakultas Ekonomi UP 45 sekaligus aktivis pemerhati dunia anak.

Dalam pemaparannya Putri menjelaskan, saat ini Pembelajaran Tatap Muka secara terbatas sudah dilakukan oleh beberapa sekolah yang telah memenuhi syarat. Sekolah atau satuan pendidikan boleh melaksanakan PTM apabila sudah mendapatkan ijin dari pemerintah setempat, dinas pendidikan, dan satgas Covid-19 di daerahnya. Setiap satuan pendidikan juga wajib memiliki satgas Covid-19 yang akan memantau kondisi kesehatan di satuan pendidikannya, serta terhubung dengan satgas Covid-19 di lingkungannya,

“Dengan adanya kebijakan oleh pemerintah pusat untuk memperbolehkan pelaksanaan pembelajaran tatap muka tentunya ini menjadi lampu hijau bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan PTM secara terbatas. Tetapi pelaksanaan pembelajaran tatap muka akan melihat kembali kondisi yang ada di daerah tersebut misal jika daerah atau wilayah termasuk dalam zona hijau atau zona kuning, ataupun angka penuruan level PKKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) turun dari PKKM level 4 ke 3 bisa dilakukan,” tutur Putri yang sekaligus menjabat Sekretaris UP 45.

Putri juga menekankan dalam melaksanakan PTM, protokol kesehatan sebagai prosedur baru harus diterapkan di sekolah. Selain sekolah, orang tua juga perlu mendapat edukasi untuk menyambut PTM,

“Sekolah yang akan kembali melaksanakan PTM harus memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka diantaranya telah menyediakan sarana prasarana sanitasi yang memadai misal tersedianya tempat cuci tangan, toilet dengan sanitasi baik, menyediakan thermogun atau alat pengukur suhu tubuh. Selain itu sekolah telah melakukan pendataan secara lengkap kondisi warga sekolah, termasuk pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik hingga keluarga atau lingkungan dari peserta didik hingga kondisi kesehatan mereka,” kata Putri.

Putri menjelaskan, instrumen yang dilengkapi tidak hanya sebatas terkait identitas diri siswa saja, melainkan informasi terkait lainnya. Misalnya, sekolah juga bisa mendapatkan informasi jarak antara rumah siswa dengan sekolah, apakah siswa berangkat ke sekolah menggunakan sarana transportasi pribadi ataupun menggunakan transport umum, selain itu kondisi kesehatan terkini dari peserta didik dan keluarga mereka,

“Berikutnya ada kesepakatan dan kesiapan bersama dari sekolah dan orang tua tentunya melalui komunikasi dan rapat yang dilakukan oleh sekolah dengan komite sekolah. PTM secara terbatas sedianya sudah dilakukan, namun diundur karena berbarengan dengan pelaksanaan ASNK  (Asesmen Nasional Berbasis Komputer), agar tidak menimbulkan kerumunan. PTM kembali boleh dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2021,” imbuh Putri. (rd2)

Redaktur: Fefin Dwi Setyawati

 

Sumber: Jogjakartanews

 

Universitas Proklamasi 45 Integrasikan Kurikulum Praktik, PMB 2021 Naik 150 Persen

Pandemi Covid-19 tak menyurutkan anggota masyarakat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Salah satunya ke Universitas Proklamasi 45 (UP 45) Yogyakarta, sebuah perguruan tinggi yang sudah populer sejak puluhan tahun silam.

Rektor UP 45 Ir Bambang Irjanto MBA membenarkan indikasi animo tersebut. Setidaknya dapat dilihat dari jumlah calon mahasiswa yang telah mendaftar dan tercatat pada Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) 2021, yakni mencapai 636 orang.

“Peningkatannya melampaui target, bahkan sangat signifikan mencapai 150 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 425 mahasiswa baru,” ujar Ir Bambang, di Kampus UP 45 Jalan Babarsari Nomor 1, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari capaian itu, terbanyak pendaftarnya adalah Fakultas Manajemen 144 orang, disusul Fakultas Psikologi sebanyak 125 orang, berikutnya Fakultas Teknik Perminyakan, Administrasi Publik, Ilmu Hukum, Teknik Informasi, Teknik Mesin, Teknik Industri dan Teknik Lingkungan. Calon mahasiswa berasal dari DIY mencapai 50 persen, Jawa Bali mencapai 25 persen dan sisanya dari luar Jawa.

Cukup menarik PMB 2021 ini, karena 50 persen diantaranya calon mahasiswa yang sudah bekerja. Mereka memilih kuliah sore Pukul 18.00-22.00 WIB. Sedangkan 50 persen sisanya adalah calon mahasiswa yang belum bekerja atau baru saja lulus dari SLTA dan sederajat, serta memilih jadwal kuliah pagi.

“Kuliah sore dan pagi sama saja. Tak ada bedanya, perlakuannya juga sama karena meski pun kuliah sore tapi bukanlah sistem extention,” tukas Bambang didampingi Ketua Panitia PMB 2021 yang juga Pjs Wakil Rektor Febriyanti Angelia Ginting SPd MSc dan Pjs Dekan Ilmu Hukum Dr Benedictus Renny See SH SE MH.

Pandemi yang sudah berlangsung hampir 2 tahun ini agaknya telah menggerakkan masyarakat menuju kebiasaan baru. Mereka sudah mulai terbiasa dengan pola komunikasi zonder tatap muka secara langsung, termasuk dalam mengenali perguruan tinggi dan prosedur menjadi mahasiswa baru.

Dari selancar virtual jejaring internet itulah mereka mengetahui kondisi dan keunggulan UP 45 sebagai perguruan tinggi pemilik 8 program ektra yang dibutuhkan di era industri kini maupun masa mendatang untuk mahasiswanya. Kedelapan program tersebut antara lain PKKMB (Program Pengenalan Kegiatan Mahasiswa Baru), PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), Pelatihan Inspirasi, Pelatihan Sertifikasi, Magang, KKN dan Pembekalan Bimtek Interaksi.

Dijelaskan, PKKMB seperti umumnya pengenalan mahasiswa baru, PKM menyangkut penyaluran kreativitas minat dan bakat, Pelatihan Inspirasi tertuju pada pemberian wawasan kepada mahasiswa agar mahir membikin proposal untuk mewujudkan bidang kreativitas yang diminati, Pelatihan Sertifikasi menyangkut ketrampilan dasar bahasa Inggris dan komputer.

Keunggulan Lain
UP 45 merupakan perguruan tinggi swasta cukup tua di Yogyakarta, berdiri sejak 1964 dibawah Yayasan UP 45. Kampusnya sangat strategis dan nyaman sebagai tempat kuliah karena meski gerbang kampusnya berada di pinggir Jalan Babarsari, tapi bangunan ruang-ruang kuliah bertingkat posisinya menjorok ke timur sekitar 200 meter. Sehingga tak terganggu oleh bising lalulintas, apalagi dikelilingi pohon-pohon besar sebagai perindangnya.

Total mahasiswa lebih dari 2.300 orang, 50 orang diantaranya dari Timor Leste dan kawasan Asia Tenggara. Dosen tetap dan tenaga didik (tendik) sebanyak 130-an, serta beberapa dosen tidak tetap dari unsur praktisi maupun akademisi perguruan tinggi lain.

Minat anggota masyarakat menjadi mahasiswa UP 45 juga didasari dari popularitas jalinan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintahan, BUMN maupun institusi swasta.

“Sejak awal para mahasiswa sudah tahu bahwa UP 45 menjalin kerjasama dengan 15 BUMN. Demikian juga dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta,” sambung Febriyanti Angelia Ginting.

Dijelaskan, pecanangan dan realisasi 8 program unggulan seperti disebutkan di muka terkait pula penyalurannya melalui kerjasama dengan sejumlah instansi dan institusi tersebut. Ada yang melalui pola magang kerja, penelitian maupun pengabdian masyarakat. Diantara BUMN yang biasa menjadi penyaluran magang mahasiswa yaitu SKK Migas, Pertamina dan BUMN sejenis.

Kerjamasa lain dilakukan dengan organisasi advokat Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Advokat Indonesia (DPC Peradi) Wonosari melalui penyelenggaraan Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA). Selain itu dengan sejumlah Pemerintah Desa berupa penyelenggaraan Bimbingan Teknis (Bimtek) ujian calon Pamong Desa.

Dengan biaya kuliah yang relatif terjangkau, UP 45 menjadi perguruan tinggi yang mengintegrasikan kurikulum praktik. Mahasiswa menginjak semester V sudah dikenalkan dengan bidang pekerjaan melalui proses magang dan pembukaan lapangan kerja. Tak ayal jika di masa pandemi ini jumlah calon mahasiswa baru melonjak, bahkan masih akan bertambah karena pendaftarannya masih berlangsung.

 

Sumber: Yogyapos

Penyerahan nilai ujuan calon pamong dari Up45 kepada Pemdes Wedomartani || YP-Ist

Bresca Merina Serahkan Nilai Ujian Calon Pamong Wedomartani, UP 45 Siap MoU dengan Pemdes Lain

Para pamong desa merupakan garda depan pelayanan publik. Peningkatan pelayanan dan tingkat kepuasan warga atas pelayanan institusi pemerintah di tingkat desa ini sangat tergantung dari sumber daya mereka. Sehingga tepat sekali pelibatan perguruan tinggi dalam proses seleksi calon pamong desa.

Universitas Proklamasi 45 (UP 45) adalah satu dari perguruan tinggi yang telah digendeng oleh beberapa pemerintah desa di wilayah Sleman untuk melakukan bimbingan teknis maupun proses seleksi calon pamong desa.

Hal ini sebagaimana disampaikan Ketua Program Studi Administrasi Publik UP 45, Bresca Merina SIP Mec Dev, dalam tahun ini sudah melakukan bimtek dan seleksi calon pamong desa. Masing-masing pamong desa Caturtunggal dan Wedomartani.

“Ya kami bersyukur dipercaya untuk melaksanakan bimtek maupun ujian seleksi pamong desa. Sudah dua kali ini, pertama untuk Desa Caturtunggal dan kedua untuk Desa Wedomartani. Semuanya terkait dengan proses seleksi Kepala Dukuh,” ujar Bresca usai menyerahkan nilai ujian seleksi calon Pamong kepada Pemerintah Desa Wedomartani, di Kampus UP 45 Jalan Babarsari Nomor 1, Caturtunggal, Depok, Sleman, Rabu (22/9/2021) sore. Acara penyerahan nilai ujian calon Pamong Desa ini dihadiri unsur Babinsa dan Carik Wedomartani.

Bresca mengungkapkan, nilai tersebut selajutnya akan ditambahkan dan dijadikan pertimbangan bagi panitia pencalonan Pamong Desa Wedomartai untuk proses selanjutnya, siapa diantara mereka yang akan lolos berkompetisi dalam pencalonan.

Seleksi meliputi antara lain kecakapan administrasi publik, public speaking, presentasi, ketrampilan komputer dan psikologi. Dari hasil tersebut pihak Pemdes nantinya akan memilih 5 calon, masing-masing dari Dukuh Kenayan, Krapyak, Wonosari, Karangsari dan Tegalsari.

“Dalam proses seleksi ini kami melibatkan dosen-dosen dari UP 45 ini, lintas fakultas untuk mengujinya. Ya semacam test and propert, semua hal terkait dengan jabatannya nanti diujikan,” jelas Bresca yang juga Ketua Panitia Seleksi didampingi Plt Dekan Fakultas Hukum Dr Benedictus Renny See SH SE MH.

Disebutkan, dari rangkaian seleksi itu kebanyakan peserta gugur di bidang psikologi. Terutama menyangkut ketelitian menghadapi pekerjaaan. Di sisi lain ada catatan penting bahwa mayoritan peserta adalah anak-anak muda usia produktif dan menyandang gelar sarjana.

Fenomena ini, menurutnya, sangat berbeda dari kesan masa lampau dimana jabatan pamong desa, apalagi seperti Kepala Dukuh, cenderung diduduki orang-orang tua atau usia diatas 40-an tahun. “Kali ini kami menghadapi kenyataan yang beda. Anak-anak muda sarjana berminat partisipasi memajukan wilayahnya. Sungguh suatu yang menggembirakan bahwa mereka bisa diharapkan kemampuannya untuk kemajuan desa,” tukasnya.

Dari pengalaman demikian, Bresca mewakili UP 45 kian terpacu untuk memperluas kerjasama dengan Pemdes lain di wilayah Sleman. Karena hal ini juga bagian dari implementasi Tridharma Peguruang Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Adapun mengenai seleksi calon pamong desa ini dilakukan secara profesional, kompatibel.

“Kami sudah ada beberapa agenda melakukan hal yang sama dengan Pemdes lain. Pada saatnya nanti juga akan terjadi feedback yang baik melalui program KKN. Artinya mahasiswa-mahasiswa kami akan diterjunkan ikut praktik KKN di desa-desa yang selama ini sudah menjalin kerjasama ini,” pungkasnya. (Met)

 

Sumber: Yogyapos

Fakultas Ilmu Sospol UP 45 Kerjasama Bimtek Ujian Pamong Desa Wedomartani

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Proklamasi 45 (UP 45) telah melaksanakan bimbingan teknis (bimtek) ujian pamong di Desa Wedomartani, Sabtu (18/9/2021).

Bimtek ujian pamong ini merupakan implementasi dari kerja sama yang telah ditandatangani pada 17 Agustus 2021 lalu. Dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan merangkap Direktur Lembaga Kajian dan Bantuan Hukum Drs Benedictus Renny SH MHum, Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama Febriyanti Angelia Ginting SPd MSc, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Syamsudin SPd MA, Ketua Program Studi Administrasi Publik Bresca Merina SIP Mec Dev, Kepala Penerimaan Mahasiswa Baru UP45 Trisno Fallo SHut MSc, dosen UP45, dan peserta ujian pamong.

H Teguh Budiyanto selaku Lurah Kalurahan Wedomartani, menjelaskan dan berharap siapapun yang terpilih dan tidak terpilih menjadi dukuh agar tetap mengabdi kepada masyarakat.

“Terpilih atau tidaknya peserta menjadi dukuh tetaplah melakukan yang terbaik kepada masyarakat versi masing-masing peserta sesuai dengan kompetensi dan keahliannya,” katanya, seraya menambahkan harapannya agar pelaksanaan ujian pamong pada 21 September 2021 mendatang bisa berjalan dengan lancar.

Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan 4 agenda penting yaitu Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru UP45, pemaparan Lembaga Kajian dan Bantuan Hukum (LKBH) UP45, penandatanganan MoU antara LKBH UP45 dan Desa Wedomartani, dan bimbingan teknis (bimtek) ujian pamong.

Kepala penerimaan mahasiswa baru, Trisno Fallo memaparkan akan memberikan beasiswa bagi masyarakat Desa Wedomartani yang berkeinginan kuliah tetapi mengalami kendala biaya.

Sedangkan Dr Benedictus menyatakan akan membantu masyarakat Desa Wedomartani yang membutuhkan pendampingan.

Secara terpisah Bresca menjelaskan, ujian pamong bertujuan untuk memilih dukuh yang berkualitas dan sesuai peraturan daerah. Diharapkan dengan menggandeng UP 45 maka dukuh yang terpilih akan berkualitas karena telah mengikuti rangkaian ujian seperti ujian tertulis, ujian keterampilan, ujian psikologi, dan ujian komputer.

“Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas proklamasi 45 sangat merasa terhormat karena mendapat amanah dan kepercayaan oleh Kalurahan Wedomartani untuk menguji calon pamong,” tutup Bresca. (*/Met)

 

Sumber: Yogyapos

UP 45 Laksanakan PJJ dengan UMU Buton

Program Studi Administrasi Publik Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Muslim Buton (UMU Buton). Hal ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman. Proses penandatanganan ini berlangsung di Ruang Pertemuan UP 45 (08/04/2021). Kegiatan ini dihadiri oleh Febriyanti A. Ginting, S.Pd., M.Sc., selaku Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama UP 45, Syamsudin, S.Pd, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UP 45, dan Bresca Merina, S.IP., M.Ec Dev., selaku Kaprodi Administrasi Publik.

Bentuk kerja sama dari penandatanganan MoU ini adalah Pembelajaran Jarak Jauh yang merupakan program Kemendikbud. Ada 4 mata kuliah yang ditawarkan, yaitu Kewirausahaan, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, E-Government dan E-Service, serta CSR dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Keempat mata kuliah tersebut diampu oleh dosen-dosen Administrasi Publik UP45. Harapannya, kerjasama ini dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, dalam hal ini mahasiswa dalam menghadapi persaingan global.

Menurut Wakil Rektor I UMU Buton, Dr. Anidi, S.Ag., M.Si., M.S.I., umur UMU Buton memang masih muda, yaitu lahir pada tanggal 20 Mei 2019. Namun, UMU Buton memiliki visi dan misi mengembangkan Sumber Daya Manusia berakhlakul karimah, berdasarkan entrepreneurship. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan SDM, maka UMU Buton melakukan regulasi penguatan melakukan kebijakan Permendikbud Nomor 3 tentang 2020 tentang kurikulum yang dikeluarkan oleh Menteri Nadiem Makarim, yaitu Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Menurutnya, UMU Buton telah menggunakan kurikulum tersebut, yaitu melalui kerja sama ini.

Volunteer Buddies KUI UP 45 Marcellinus Gonzaga Kembali Torehkan Prestasi

Volunteer Buddies Kantor Urusan Internasional Universitas Proklamasi 45 (KUI UP45) Marcellinus Gonzaga kembali menorehkan prestasi. Setelah sebelumnya menjadi mahasiswa berprestasi peringkat 8 di Tingkat Nasional Tahun 2020, Marcellinus kini berhasil menyabet beberapa prestasi bergengsi sekaligus. Ia meraih Juara 2 Essay Energy Sustainability and Society yang diselenggarakan oleh Energy Academy Indonesia dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Republik Indonesia, Best Presenter in Engineering Sub-Focal Paper Conference GRACE UMY (Undergraduate Conference) dan Juara 1 Land of Geoscience 2020 Teknik Geofisika UPN Veteran Yogyakarta.

Mahasiswa yang memiliki hobby photography, music, dan calisthenic ini, memiliki motto hidup ; “no one has ever become poor by giving”. Motto tersebut membuatnya selalu ingin memberikan manfaat kepada orang lain, almamater, serta bangsa dan negara,

“Saat acara pemilihan mahasiswa berprestasi Pilmapres 2020, saya mengangkat inovasi teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) kincir vertikal hibrida dengan latar belakang masalah transisi energi nasional menuju EBT (Energi Baru Terbarukan). Saya berharap karya saya mampu bermanfaat bagi masyarakat khususnya di daerah yang membutuhkan. Hi-STEC sendiri bergerak dibidang energi khususnya energi baru terbarukan dengan fokus pengembangan di daerah 3T,” kata Marcellinus, Minggu (03/01/2020).

Marcellinus mengisahkan, sebelum mengikuti Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Nasional 2020 kategori Sarjana, ia aktif dalam berbagai organisasi diantaranya menjadi Vice Chairman of Ikatan Ahli Teknik perminyakan Indonesia SM-UP45, Member of Komunitas Migas Indonesia, Member of Indonesia Geothermal Association SC UP45 dan Volunteers Buddies KUI UP45. Serta aktif berkontribusi bagi masyarakat diantaranya menjadi private teacher for junior and senior high students, laboratory assistant of geology.

Marcellinus juga  kerap menyabet sejumlah penghargaan antara lain: National Science Competition (ONMIPA) 2019, 1st Winner in Geopetra National Competition, 1st Winner in Raise National Competition, 3rd Runner Up in OGIP International Chevron Paper Competition, Patent of The Technical Implementation Book of The Hybrid Vertical Axis Wind Turbine Technological Innovation, National Science Competition (KNMIPA) 2020.

Marcelinnus menyampaikan, keberhasilan yang diraihnya tidak lepas dari ikhtiar, doa, dukungan serta bimbingan dosen, pembina, fakultas, universitas yang memfasilitasi dalam mengikuti Pilmapres Nasional,

“Sekaligus juga berkat support dari seluruh teman-teman baik di lingkungan civitas Universitas Proklamasi 45, maupun Volunteer Buddies KUI UP45,” ungkapnya.

Kaprodi Teknik Perminyakan, Lia Yunita, ST,MPd berharap baik Marcellinus maupun mahasiswa UP 45 lainnya mampu menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi,

“Kenali diri sendiri, kembangkan minat bakat keahlian dan tetap konsisten serta jangan lupa untuk selalu bersyukur terhadap apa yang sudah dicapai,” ucapnya.

Wakil Rektor Bidang III UP45 Febriyanti Angelina Ginting, SPd,MSc mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh para volunteers Buddies KUI UP45 terlebih, pada Desember 2020 lalu telah meluncurkan English Community tepat di peringatan ulang tahun Kantor Urusan Internasional Universitas Proklamasi 45,

“English Community ini merupakan wadah buddies KUI untuk belajar, melatih diri meningkatkan kemampuan bahasa inggris, dan menambah wawasan yang lebih luas dengan tema-tema yang menarik setiap pertemuannya. Saya berharap English Community ini menjadi wadah bagi buddies KUI untuk sharing terkait tema atau isu-isu yang sedang banyak diperbincangkan. Saya juga berharap kegiatan ini bisa diadakan secara rutin dengan daring walaupun di tengah pandemi. Tetap semangat para Buddies, terus belajar dan berkarya apapun kondisinya,” tutur Febriyanti.

Direktur Kantor Urusan Internasional Universitas Proklamasi 45 sekaligus pembina Buddies KUI UP45, Rr. Putri Ana Nurani, SS, MM berharap agar kegiatan yang dilakukan oleh Buddies akan memberikan kontribusi besar bukan hanya bagi dirinya tetapi lingkungannya,

“Dengan kegiatan ini menjadi transformasi pembelajaran bagi mahasiswa tidak sekedar berfokus pada kecerdasan intelektual tapi pengembangan multiple intelligent, memiliki karakter kuat, terlebih kini mahasiswa dituntut menjadi pembelajar sejati yang terampil, lentur dan ulet (agile learner) dalam konteks Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,” imbuh Putri. (pr/rd2)

Redaktur: Fefin Dwi Setyawati

Sumber: Jogjakartanews

Kuliah Online Kolaborasi Biro Psikologi UP45 dan Action Kita : Pendidikan Karakter Anak Peduli Lingkungan

Biro psikologi UP45 bekerja sama dengan Komunitas Psikologi Action Kita melaksanakan kuliah online yang ke dua dengan tema “Pendidikan Karakter Anak Peduli Lingkungan” pada Minggu, 19 April 2020. Kuliah online ini diikuti oleh orang tua muda, guru, praktisi pendidikan dan masyarakat umum. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Febriyanti Angelia Ginting, S.Pd., M.Sc. (Dosen Teknik Lingkungan UP45 dan Pemerhati Lingkungan) dan Sapta Kurniawati, M.Psi (Dosen Psikologi UP45, Praktisi Pendidikan, dan Konselor).

            Pada kegiatan ini, Febri memaparkan bahwa ada 18 butir nilai-nilai dalam pendidikan karakter dan diperlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Salah satunya adalah metode keteladanan dan metode pembiasaan. Tujuan dari pendidikan lingkungan hidup adalah mengubah perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap lingkungan. “Untuk membentuk karakter anak peduli lingkungan maka orang tua harus memberikan contoh terlebih dahulu mengingat anak adalah peniru yang ulung. Pada usia dini akan lebih mudah membentuk karakter anak karena anak lebih cepat menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya” lanjut Febri.

Lebih lanjut Febri menjelaskan bahwa karakter peduli lingkungan juga bisa berdampak pada pengambilan keputusan oleh anak ketika dewasa. Salah satunya dikarenakan sejak dini sudah dididik untuk bertanggung jawab dengan sampahnya sendiri dan terpatri di dalam dirinya sehingga ketika dewasa anak akan bertanggung terhadap keputusan-keputusan yang diambil.

Sapta menambahkan bahwa salah satu efek yang akan terjadi bila seorang anak belajar menjaga lingkungan adalah anak mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dalam sebuah kelompok. “Di situ akan terlihat kemampuan anak dalam menyampaikan informasi, perkembangan bahasanya akan jauh lebih meningkat apalagi untuk anak usia dini, bagaimana dia belajar merencanakan kemudian membimbing rekannya sendiri, dan memonitor perilaku dari mereka sendiri. Hal ini terjadi ketika anak itu dilibatkan pada proses di dalam sebuah kelompok atau lingkungan sehingga kemampuan kognitifnya berkembang maksimal” tambah Sapta.

“Dengan kita memahamkan tentang peduli lingkungan untuk karakter anak efeknya sangat luar biasa. Efek positif bukan hanya sekadar tempat menjadi bersih saja sebenarnya di situ adalah proses pengelolaan diri secara sosial dan itu akan berkembang sehingga kecerdasan sosial itu akan muncul” tambah Sapta.

“Salah satu contoh yang bisa dilakukan orang tua agar anak peduli terhadap lingkungan adalah dengan mengajak anak menanam tanaman atau pohon, membuang sampah pada tempatnya, hemat menggunakan air dan listrik, mematikan keran air setelah selesai mandi, tidak menyalakan lampu saat hari masih terang, dan masih banyak hal lainnya” ungkap Febri.

Sapta memaparkan ada beberapa tahapan pengenalan lingkungan sesuai usia anak dan sangat penting memahaminya karena tidak mungkin mengenalkan lingkungan dengan bahasa orang dewasa kepada anak yang berusia 2 tahun. Tahap pertama, sensori motori di bawah usia 2 tahun. Pada usia ini anak proses membangun pemahaman tentang dunia dan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman dari sensornya. Kedua, tahap pra operasional, usia 2-7 tahun dimana anak sudah mulai memahami makna dan simbol. Pada tahap ini anak bisa diajarkan misalnya bangun tidur membersijkan diri dan tempat tidur, menyapu kamar, sambil memberikan reward disertai penguatan postif dan bersifat menyenangkan. Membuang sampah pada tempatnya, menyiram tanaman, menjaga tanaman, dan hal lainnya. Tahap ketiga adalah Tahapan operasional konkret, usia 7-11 tahun. Anak-anak mampu diajak diskusi dan berpikir logis dan mampu menerapkan dan memberikan intruksi. Orang tua mampu menerapkan hal-hal yang bersifat kesepakatan misalnya apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan rumah.

Tahap ke empat, operasi formal yaitu mampu berpikir formal, usia 11 tahun ke atas. Kemampuan berpikir anak sudah logis dan dapat menarik kesimpulan dari informasi. Anak mampu diajak berdiskusi efek jika tidak membuang sampah pada tempatnya. “Pada tahap ini anak seharusnya jauh lebih baik dari usia di bawahnya” tandas Sapta.

Di akhir kuliah, Febri dan Sapta mengajak orang tua untuk konsisten melakukan kegiatan-kegiatan tersebut terus menerus hingga menjadi kebiasaan dan budaya bagi anak.

Kuliah Online Psikologi UP45: Menggali Potensi dan Kecerdasan Anak

Biro psikologi UP45 bekerja sama dengan Komunitas Psikologi Yogyakarta, Action Kita melaksanakan kuliah online dengan tema “Menggali Potensi dengan Memahami Kecerdasan Anak” (11/04/2020). Kuliah online ini diikuti lebih dari 200 peserta yang terdiri dari ibu rumah tangga, guru, mahasiswa, dan masyarakat umum lainnya dari Yogyakarta, Ciamis, Bandung, dan Arab Saudi. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Sapta Kurniawati, M.Psi yang merupakan Dosen Psikologi UP45, Praktisi Pendidikan, dan Konselor.

            Pada kuliah online ini, Sapta memaparkan bahwa dengan tema yang ada Biro psikologi UP45 dan Action Kita berharap aktivitas belajar bisa dilakukan dengan mudah dan mampu menciptakan suasana yang saling berbagi dalam menciptakan belajar yang efektif dan menyenangkan.

“Pandemi covid 19 membuat semua mengubah kebiasaan sebagai makhluk sosial maupun individu. Proses menjaga diri, orang lain dan lingkungan dalam proses harus berada di dalam rumah dalam waktu yang sangat lama. Setiap manusia beradaptasi dengan mengkondisikan dan aktivitas di luar kebiasaan. Salah satunya adalah belajar tanpa harus bertemu secara fisik” kata Sapta.

Sapta mengungkapkan, “Semua orang tua pada masa pandemi ini mendadak menjadi guru di rumah dalam jangka waktu yang lama. Proses pembelajaran klasikal di sekolah dan di rumah pasti berbeda. Bisa saja muncul hambatan karena orang tua harus menjelaskan semua materi tanpa modalitas memahami cara dan metode dalam pembelajaran”.

“Hambatan itu bisa menjadi kendala yang membuat semua tertekan, terutama anak mengalami kondisi harus menerima guru baru yang proses menjelaskan tentu berbeda dengan guru di sekolah, mampu lebih baik atau sebaliknya. Semua mengalami stressor yang sangat tidak nyaman karena terlihat kekurangan dalam proses pembelajaran” tandas Sapta.

Sapta menegaskan orang tua terlebih dahulu harus mampu memahami kondisi anak dengan memahami potensi kecerdasan masing-masing sehingga memahami cara belajar yang sesuai dan meningkatkan kemampuan anak secara maksimal. Contohnya anak kinestetik ketika memahamkan pembelajaran tentu tidak mampu sekadar dengan auditori mendengarkan suara penjelasan dari orang tua seakan sebagai angin lewat saja. “Hal ini dapat diantisipasi orang tua dengan memahami model pembelajaran yang menyenangkan untuk buah hatinya dalam kondisi pandemic” tutup Sapta.

Dalam kesempatan yang berbeda, Sapta mengungkapkan bahwa dana yang terkumpul dari kuliah online ini 100% akan diberikan kepada masyarakat dhuafa yang terkenai dampak wabah covid 19.

Peduli Dampak Corona, Biro Psikologi UP45 dan Komunitas Psikologi Action Kita Galang Dana

Biro Psikologi UP45 bersama Komunitas Psikologi Action Kita berkomitmen melakukan penggalangan dana bagi masyarakat tidak mampu yang tidak dapat melakukan aktivitas dan kesulitan mencari nafkah akibat dampak covid 19. Dari dana yang terkumpul dibelikan sembako dan 50 pack nasi box yang dibagikan kepada 36 KK. Pembagian sembako dan nasi box ini dilakukan pada 10 april 2020 di Dusun Gemawang dan Pogung Rejo Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta.

Sapta Kurniawati, M.Psi selaku dosen dan tim Biro Psikologi UP45 menjelaskan bahwa proses pembagian sembako dan nasi box dilakukan secara bertahap untuk menghindari kerumunan masyarakat pada saat penerima bantuan. Program physical distancing tetap harus ditegakkan untuk menjaga diri, orang lain dan lingkungan walaupun pada saat pembagian sembako penerima donasi terlihat belum konsisten dengan penggunaan masker dan physical distancing.

Sapta menambahkan bahwa virus corona yang semakin mewabah terus menerus berdampak pada semua dunia usaha dan masyarakat terkena imbasnya. “Program lockdown yang dilakukan oleh masyarakat dengan harapan meminimalisir penyebaran virus corona jika tidak disertai dengan pemenuhan kebutuhan pokok tidak akan efektif”, tambah Sapta. Menurut Sapta langkah ini masih belum bisa ditegakkan masyarakat secara maksimal dan harus terus disosialisasikan kepada masyarakat dengan media online dan sosial.

“Biro psikologi UP45 dan Komunitas Psikologi Action Kita akan terus menggalang donasi melalui kuliah online yang akan dilakukan 1-2 pekan sekali hingga wabah covid 19 berakhir. Semoga bantuan kecil ini mampu membuat senyum penerima donasi dan pemberi donasi. Berbagi itu memang indah dan membahagiakan” tutup Sapta.

Kuliah Online Kolaborasi Biro Psikologi UP45 dan Action Kita : Pendidikan Karakter Anak Peduli Lingkungan

Biro psikologi UP45 bekerja sama dengan Komunitas Psikologi Action Kita melaksanakan kuliah online yang ke dua dengan tema “Pendidikan Karakter Anak Peduli Lingkungan” pada Minggu, 19 April 2020. Kuliah online ini diikuti oleh orang tua muda, guru, praktisi pendidikan dan masyarakat umum. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Febriyanti Angelia Ginting, S.Pd., M.Sc. (Dosen Teknik Lingkungan UP45 dan Pemerhati Lingkungan) dan Sapta Kurniawati, M.Psi (Dosen Psikologi UP45, Praktisi Pendidikan, dan Konselor).

Pada kegiatan ini, Febri memaparkan bahwa ada 18 butir nilai-nilai dalam pendidikan karakter dan diperlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Salah satunya adalah metode keteladanan dan metode pembiasaan. Tujuan dari pendidikan lingkungan hidup adalah mengubah perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap lingkungan. “Untuk membentuk karakter anak peduli lingkungan maka orang tua harus memberikan contoh terlebih dahulu mengingat anak adalah peniru yang ulung. Pada usia dini akan lebih mudah membentuk karakter anak karena anak lebih cepat menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya” lanjut Febri.

Lebih lanjut Febri menjelaskan bahwa karakter peduli lingkungan juga bisa berdampak pada pengambilan keputusan oleh anak ketika dewasa. Salah satunya dikarenakan sejak dini sudah dididik untuk bertanggung jawab dengan sampahnya sendiri dan terpatri di dalam dirinya sehingga ketika dewasa anak akan bertanggung terhadap keputusan-keputusan yang diambil.

Sapta menambahkan bahwa salah satu efek yang akan terjadi bila seorang anak belajar menjaga lingkungan adalah anak mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dalam sebuah kelompok. “Di situ akan terlihat kemampuan anak dalam menyampaikan informasi, perkembangan bahasanya akan jauh lebih meningkat apalagi untuk anak usia dini, bagaimana dia belajar merencanakan kemudian membimbing rekannya sendiri, dan memonitor perilaku dari mereka sendiri. Hal ini terjadi ketika anak itu dilibatkan pada proses di dalam sebuah kelompok atau lingkungan sehingga kemampuan kognitifnya berkembang maksimal” tambah Sapta.

“Dengan kita memahamkan tentang peduli lingkungan untuk karakter anak efeknya sangat luar biasa. Efek positif bukan hanya sekadar tempat menjadi bersih saja sebenarnya di situ adalah proses pengelolaan diri secara sosial dan itu akan berkembang sehingga kecerdasan sosial itu akan muncul” tambah Sapta.

“Salah satu contoh yang bisa dilakukan orang tua agar anak peduli terhadap lingkungan adalah dengan mengajak anak menanam tanaman atau pohon, membuang sampah pada tempatnya, hemat menggunakan air dan listrik, mematikan keran air setelah selesai mandi, tidak menyalakan lampu saat hari masih terang, dan masih banyak hal lainnya” ungkap Febri.

Sapta memaparkan ada beberapa tahapan pengenalan lingkungan sesuai usia anak dan sangat penting memahaminya karena tidak mungkin mengenalkan lingkungan dengan bahasa orang dewasa kepada anak yang berusia 2 tahun. Tahap pertama, sensori motori di bawah usia 2 tahun. Pada usia ini anak proses membangun pemahaman tentang dunia dan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman dari sensornya. Kedua, tahap pra operasional, usia 2-7 tahun dimana anak sudah mulai memahami makna dan simbol. Pada tahap ini anak bisa diajarkan misalnya bangun tidur membersijkan diri dan tempat tidur, menyapu kamar, sambil memberikan reward disertai penguatan postif dan bersifat menyenangkan. Membuang sampah pada tempatnya, menyiram tanaman, menjaga tanaman, dan hal lainnya. Tahap ketiga adalah Tahapan operasional konkret, usia 7-11 tahun. Anak-anak mampu diajak diskusi dan berpikir logis dan mampu menerapkan dan memberikan intruksi. Orang tua mampu menerapkan hal-hal yang bersifat kesepakatan misalnya apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan rumah.

Tahap ke empat, operasi formal yaitu mampu berpikir formal, usia 11 tahun ke atas. Kemampuan berpikir anak sudah logis dan dapat menarik kesimpulan dari informasi. Anak mampu diajak berdiskusi efek jika tidak membuang sampah pada tempatnya. “Pada tahap ini anak seharusnya jauh lebih baik dari usia di bawahnya” tandas Sapta.

Di akhir kuliah, Febri dan Sapta mengajak orang tua untuk konsisten melakukan kegiatan-kegiatan tersebut terus menerus hingga menjadi kebiasaan dan budaya bagi anak.