Berita terkini

Metode Belajar Yang Membumi Pada Psikologi Lingkungan

<p style="text-align:justify">Menyuruh mahasiswa mempraktekkan ilmu yang diterima di bangku kuliah dalam kehidupan sehari-har, ternyata tidak gampang. Hambatannya antara lain mahasiswa merasa belum lulus S1 sehingga mereka merasa belum perlu mempraktekkan ilmu dalam perilaku sehari-hari. Hambatan yang lain adalah malas, tidak memahami pengetahuan yang diterimanya namun malu bertanya, tidak percaya diri, dan tidak membutuhkannya. Mengapa mahasiswa tidak membutuhkan praktek ketrampilan / pengetahuan? Mahasiswa lebih membutuhkan nilai daripada terampil dan berpengetahuan luas dalam bidang psikologi. Hal ini bisa dibuktikan ketika mahasiswa mendapatkan nilai C atau D, maka responnya adalah menyalahkan dosen. Mahasiswa merasa ia harus mendapatkan nilai A untuk semua pelajaran.</p>

<p style="text-align:justify">Bila semua mahasiswa pada semua pelajaran ingin mendapatkan nilai A, maka ada dua kemungkinannya. Pertama, dosennya bodoh, takut pada mahasiswa dan tidak bekerja dengan benar (misalnya memeriksa hasil ujian mahasiswanya) sehingga semua mahasiswa mendapat nilai A. Kemungkinan kedua, kurikulum atau materi pelajarannya sangat mudah sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Sebagai contoh, bila mahasiswa diberi pelajaran matematika sederhana, pasti semuanya mampu mengerjakan dengan benar. Tidak bisa dibedakan antara mahasiswa pandai dan yang bodoh. Situasi yang ada pada dosen ini membuat mahasiswa juga malas untuk mempraktekkan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah.</p>

<p style="text-align:justify">Hal sebaliknya, bila pada kenyataannya mayoritas mahasiswa mendapat nilai C atau D, maka hal itu juga menghambat mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa merasa penerapan ilmu tidak ada gunanya, dan mungkin juga merasa dendam pada dosennya. Mahasiswa merasa sudah mematuhi semua instruksi dosennya yaitu rajin masuk kuliah, mengerjakan tugas tepat waktu, mengerjakan ujian sebaik-baiknya, tidak mencontek, namun nilainya tetap saja C atau D. Dosen dituduh sebagai subjektif dalam memberikan nilai. Hanya mahasiswa tertentu saja yang mendapatkan nilai A atau B. Jadi untuk apa mempraktekkan psikologi dalam kehidupan sehari-hari?</p>

<div style="text-align:justify">Hambatan-hambatan penerapan praktis <strong>psikologi</strong> dalam kehidupan sehari-hari yang datang baik dari mahasiswa, dosen, atau kurikulumnya, jelas-jelas akan merugikan mahasiswa. Ketika lulus kelak, para alumni akan kebingungan menentukan apa saja yang akan dilakukannya. Mereka tidak tahu cara-cara menjadi karyawan yang baik, selain hanya datang tepat waktu, senyum-senyum pada rekan kerja, dan sedihnya, hanya menunggu perintah saja dari atasan. Semua itu tidak ada yang keliru, hanya perilaku-perilaku tersebut sangat kurang bagi para alumni <strong>Psikologi UP45</strong> yang kini mendapat gelar sebagai generasi Y (orang-orang yang lahir sekitar tahun 1990an-2000an). Orang-orang yang bergen Y, dituntut untuk kreatif, <em>multi tasking</em> (mampu mengerjakan beberapa tugas sekaligus), dan sangat <em>literate</em> dengan alat-alat komunikasi mutakhir.</div>

<div style="text-align:justify">&nbsp;</div>

<div style="text-align:justify">Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka materi pelajaran Psikologi Lingkungan di <strong>Fakultas Psikologi UP45</strong> disusun lebih membumi. Tujuannya adalah mahasiswa menjadi lebih menghayati tentang perilaku peduli pada lingkungan. Apa saja kongkritnya metode yang membumi itu? Singkatnya, mahasiswa yang mengikuti pelajaran <strong>Psikologi Lingkungan</strong> harus menjadi nasabah <strong>Bank Sampah</strong> yang lokasinya di mana saja di Yogyakarta. Instruksinya sudah sangat jelas, namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang tidak tahu lokasi <strong>Bank Sampah</strong> di Yogyakarta. Akhirnya, setelah berburu informasi, ditemukanlah lokasi <strong>Bank Sampah</strong> di tengah-tengah kota Yogyakarta, yaitu di dekat Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.</div>

<div style="text-align:justify">&nbsp;</div>

<div style="text-align:justify">
<div>Menuju lokasi <strong>Bank Sampah</strong> tersebut, mahasiswa masih harus didampingi dosen. Ini karena mereka masih bingung bila berkenalan dengan warga pengelola <strong>Bank Sampah</strong> yang usianya jauh lebih tua daripada mahasiswa. Selain itu, pada umumnya mahasiswa berasal dari luar Yogyakarta sehingga mereka tidak mengetahui denah kota Yogyakarta. Lelucon satire untuk mahasiswa pendatang ini adalah mahasiswa jenis kupu-kupu atau kuliah pulang, kuliah pulang. Mereka hanya bisa berangkat kuliah dari tempat pondokan kemudian pulang. Begitulah ritme sehari-hari para mahasiswa.</div>

<div>&nbsp;</div>

<div>Adanya keharusan menjadi nasabah <strong>Bank Sampah</strong> ini menjadikan mahasiswa <strong>Fakultas Psikologi UP45</strong> menjadi lebih mengenal kota Yogyakarta, terampil berinteraksi dengan ibu-ibu pengelola <strong>Bank Sampah</strong>, dan yang penting perilakunya menjadi lebih peduli pada lingkungan. Diharapkan kelak ketika sudah menjadi alumni, maka mereka menjadi figur teladan di tempat kerjanya dan juga menjadi generasi Y yang dibanggakan oleh alma maternya, <strong>Fakultas Psikologi UP45.</strong></div>

<div>&nbsp;</div>

<div>Dari hasil kunjungan perdana ke <strong>Bank Sampah</strong> di Kauman Yogyakarta pada 18 Maret 2016 yang lalu, sekitar 20 mahasiswa berhasil menjadi nasabah. Tidak ketinggalan dosennya juga ikut menjadi nasabah, yaitu Ibu Dewi Handayani Harahap, S.Psi., Bapak FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA. Dan Ibu Dra. Muslimah Z. Romas, M.Si. Para dosen ini diharapkan menjadi suri tauladan bagi para mahasiswanya untuk peduli pada lingkungan hidup.</div>
</div>

Hubungan Antara Olahraga dan Pendidikan Karakter

<div style="text-align: justify;">Partisipasi dalam kegiatan olah raga secara rutin, sangatlah penting baik bagi kebugaran maupun pembentukan <strong>karakter</strong>. Untuk tujuan kebugaran, tentu kegiatan olah raga harus dilakukan secara rutin. Kira-kira seminggu tiga kali @ 1 jam. Berdasarkan pengalaman, kalau kita mampu secara rutin berolah raga seminggu 3 kali, maka badan kita terasa segar. Ini penting terutama untuk orang-orang yang terlalu banyak duduk didepan komputer.</div>

<div style="text-align: justify;">&nbsp;</div>

<div>
<div style="text-align: justify;">Bagaimana dengan pendidikan <strong>karakter</strong>? Olahraga jelas erat hubungannya dengan <strong>karakter</strong>, terutama untuk keperluan kompetisi. Kalau ada kompetisi, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Kalau mengalami kekalahan namun terus berolah raga secara rutin, maka hal itu menunjukkan bahwa individu pantang menyerah. Individu memandang kegagalan adalah kemenangan yang tertunda. Melakukan latihan fisik terus setelah mengalami kekalahan, bukan merupakan keputusan yang mudah. Hal ini karena kekalahan adalah menyakitkan. Apalagi bila individu melakukan latihan yang sangat berat sebagai bekal kompetisi, maka ia akan merasa impiannya terbuang sia-sia.</div>

<div style="text-align: justify;">&nbsp;</div>

<div style="text-align: justify;">Betulkah kekalahan dalam olah raga kompetisi itu membuat individu malas untuk mengulangi latihan? Individu bersedia melakukan latihan-latihan kembali setelah kekalahan yang dialaminya, menunjukkan bahwa individu mempunyai kualitas mental yang tangguh. Sangat tidak gampang untuk bangkit lagi setelah mengalami kekecewaan yang mendalam. Sangat dibutuhkan motivasi yang kuat, tekad sekeras baja, ketabahan, dan tentu saja impian untuk sukses. Sejatinya, aktif dalam kegiatan olah raga yang sifatnya kompetisi adalah dalam rangka mebangun <strong>karakter </strong>yang hebat dan tangguh. Harapannya, kelak kalau sudah tidak aktif lagi di dunia olah raga, maka kualitas-kualitas <strong>karakter</strong> itu tetap tertanam dan muncul dalam perilaku sehari-hari.</div>

<div style="text-align: justify;">&nbsp;</div>
</div>

<div style="text-align: justify;">Siaran di <strong>RRI</strong> kali ini adalah yang ke-148, semenjak dimulainya siaran di <strong>RRI </strong>pertama kali pada 18 Agustus 2012. Siaran di <strong>RRI</strong> ini dapat berlangsung dengan lancar berkat Nota Kesepemahaman antara <strong>RRI</strong> dan <strong>Fakultas Psikologi UP45</strong>, yang ditandatangani oleh Dra. Muslimah Zahro Romas, M.Si, selaku dekan. Nota Kesepemahaman itu disahkan pada 18 Agustus 2012. Perjanjian kerjasama itu berlangsung selama lima tahun yaitu sampai dengan Agustus 2017. Siaran ke-148 ini berlangsung pada 16 Maret 2016. Nara sumber yang hadir adalah Ibu Norita dari bagian Marketing UP45 dan Ibu Lina dari bagian CDC (Career Develpment Center). Pengelola tetap siaran di RRI adalah dua dosen yaitu FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A dan Ibu Dr. Arundati Shinta, M.Si.<br />
<br />
Kerjasama dengan pihak <strong>RRI</strong> ini menuai kesuksesan, karena telah melibatkan 38 mahasiswa dan 21 dosen serta karyawan <strong>UP45</strong>. Mereka bergantian menjadi nara sumber di RRI. Mahasiswa senang dengan acara di <strong>RRI</strong> karena melatih kemampuan <em>public speaking</em> atau berbicara di depan publik, melatih keberanian, dan melatih kreativitas dalam menjawab pertanyaan yang tidak diduga dari pendengar <strong>RRI</strong> di seluruh Indonesia. Selain itu, terlibat dalam siaran di <strong>RRI</strong> melatih mahasiswa untuk membuka-buka kembali pelajaran yang pernah diterimanya. Jadi siaran di <strong>RRI</strong> ini memacu pemahaman psikologi secara konkrit.</div>

Pendidikan Seks Dalam Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Seksual Sehat

<p style="text-align: justify;">Pendidikan seksual merupakan suatu upaya mendidik dan mengarahkan perilaku seksual secara baik dan benar. Permasalahannya adalah bagaimana informasi perilaku seks yang sehat dapat dimiliki mahasiswa? Kondisi mengenai banyaknya seks bebas maupun seks di bawah umur diduga antara lain karena mereka kurang memahami perilaku seks yang sehat. Hal ini tentunya berkaitan dengan kurang terbukanya informasi mengenai seks yang benar dan sehat dalam masyarakat, bahkan muncul kecenderungan membiarkan seks dianggap tidak bermoral dan tabu jika dibicarakan secara terbuka.&nbsp;</p>

<p style="text-align: justify;">Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dalam rangka mengawali kegiatan perkuliahan semester genap 2016, menggelar acara dengan judul &rdquo;Pendidikan Seks Dalam Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Seksual Sehat&rdquo;. Panitia menghadirkan para tokoh maupun praktisi yang terkait dengan pendidikan seksualitas dan berbicara mengenai permasalahan tersebut yaitu Armunanto sebagai staf UNICEF, Ir. Dian Yudhawati, S.Psi.,M.Si., sebagai Dosen Psikologi UTY, Joko Sutrisno, S.Psi., sebagai staf BKKBN Yogyakarta, Hartosujono, SE.,S.Psi.,M.Si sebagai Dosen UST dan DR. Arundati Sinta, S.Psi.,M.A., berperan sebagai moderator. Kegiatan yang dihadiri oleh 200 peserta terdiri dari kalangan mahasiswa, guru, pekerja sosial dan praktisi yang mendedikasikan diri di dunia pendidikan ini dilaksanakan di Ruang Seminar Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta pada 27 Februari 2016.</p>

<p style="text-align: justify;">Bapak Drs. Jemadi, M.M., selaku Ketua LPPM UP45 dalam kata sambutannya menyatakan bahwa melalui acara yang dilaksanakan oleh Fakultas Psikologi sebagai institusi yang mengemban tanggung jawab Tri Dharma Perguruan Tinggi serta pemikiran yang disampaikan oleh para pembicara diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan tentang seks yang sehat pada semua peserta yang hadir di acara dan mahasiswa mampu sebagai pelaku seksual sehat.</p>

<p style="text-align: justify;">Asih sebagai peserta yang berprofesi sebagai guru mengungkapkan bahwa setelah mengikuti acara ini merasa lebih memahami tentang cara mensosialisasikan tentang perilaku seksual sehat dan semakin mendapatkan gambaran tentang cara menghadapi permasalahan perilaku seksual yang sering terjadi.</p>

<p style="text-align: justify;">Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi.,M.A., sebagai dosen fakultas Psikologi UP 45 mengungkapkan bahwa Masalah seksualitas tidak dapat dipandang dari sisi transaksi hubungan fisik. Seksualitas lebih merupakan fenomena multidimensi yang terdiri atas aspek biologi, psikososial, perilaku, klinis, moral, dan budaya maka melalui acara ini mahasiswa terfasilitasi dalam mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan seksual yang baik dan benar.</p>

<p style="text-align: justify;">R. Joko Prambudiyono, sebagai ketua panitia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselengaranya acara ini, antara lain para sponsor dari BRI, Pertamina PHE ONWJ, TK Khalifah, Isnpira, ECCD-RC, RSKIA Sadewa, Aarminareka Perdana, dll.</p>

Diskusi Terbuka

<p>Hallo teman-teman mahasiswa &amp; civitas akademika jangan lupa hadir yah..!! Acara ini dimulai pukul 12.30 WIB – Selesai.</p>

<p>&nbsp;</p>

Pelantikan Pengurus Gema Proklamasi Periode 2016-2017

<p>Mulai Pukul 08.00 WIB</p>

Batas Akhir Pendaftaran Mahasiswa Baru Tahap Pra Gelombang

<p>Diumumkan bahwa pendaftaran Mahasiswa Baru Tahun ajaran 2016 / 2017 Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta akan berakhir pada tanggal 24 April 2016. Silahkan segera mendaftar untuk PMB Online Tahap Pra Gelombang&nbsp; di <a href="http://pmb.up45.ac.id">http://pmb.up45.ac.id</a></p>

Yudisium Fakultas Teknik

<p>Yudisium Fakultas Teknik</p>

Pelatihan POD Teknik Perminyakan

<p>Pelatihan POD Teknik Perminyakan</p>

Pendaftaran Mahasiswa Baru Tahap Pra Gelombang

<p>Pmb Online UP45 Yogyakarta Tahap Pra Gelombang</p>

MENGGAMBAR BEBAS DI KAMULAN SCHOOL

<p style="text-align: justify;">Menggambar merupakan kegiatan yang menyenangnkan bagi semua anak-anak. Apalagi temanya adalah bebas. Anak diijinkan menggambar apa saja, dan diwarna dengan pastel / crayon. Alat gambarnya dipilih pastel yang besar ukurannya, karena kemampuan psikomotor tangannya memang belum mampu memegang benda-benda kecil. Dalam kegiatan menggambar itu anak didorong untuk membuat aneka bentuk yang disukainya / yang ada dalam pikirannya. Anak juga didorong untuk memenuhi kertas gambar dengan warna-warna, sehingga tidak ada lagi bagian kertas yang putih.</p>

<div style="text-align: justify;">Persoalan yang ada dalam kegiatan menggambar bersama anak-anak itu antara lain:</div>

<ul>
<li style="text-align: justify;">Anak cepat jemu terhadap kegiatan menggambar. Anak lebih senang untuk bermain bersama teman-temannya. Hal ini karena anak memang mudah terganggu konsentrasinya (easily to be distracted). Selain itu kegiatan menggambar memang bukan ditujukan untuk menghasilkan suatu karya, namun sebagai salah satu kegiatan yang ada di sekolah. Oleh karena itu kegiatan menggambar sebaiknya tidak lebih dari 60 menit saja. &nbsp;</li>
<li style="text-align: justify;">Anak enggan mewarnai semua bagian kertas, sehingga masih banyak bagian kertas yang putih. Gambar menjadi terkesan tidak selesai. Hal ini terjadi selain karena jemu, juga karena anak belum mampu menyelesaikan suatu tugas dengan tuntas. Anak cepat berpindah perhatian.</li>
<li style="text-align: justify;">Anak tidak mampu menceritakan isi gambar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan verbal anak memang terbatas. Anak mampu menceritakan isi kertas gambarnya bila ia dipancing-pancing untuk bercerita oleh guru sambal guru menunjukkan bagian-bagian dari isi gambar. Hasil yang diperoleh adalah anak hanya menceritakan sepotong-sepotong, tanpa memahami isi gambar secara keseluruhan. Kemampuan kognisi anak masih terbatas.</li>
<li style="text-align: justify;">Anak senang hanya satu warna saja, sehingga warna latar belakang dan warna figure tidak ada bedanya. Ada juga anak yang menolak warna-warna tertentu, sehingga gambar kurang bervariasi warnanya. Hal ini menunjukkan bahwa menggambar adalah bukan kegiatan memproduksi suatu karya. Menggambar adalah sekedar kegiatan mencoret-coret saja. Oleh karena itu guru dalam hal ini harus sabar dan gigih dalam mengejar anak untuk menyelesaikan suatu gambar (membuat gambar menjadi penuh).</li>
</ul>

<p style="text-align: center;"><img alt="" src="/cni-content/uploads/files/images/Kamulan1%20Bebas.2.jpg" style="height:285px; width:380px" /></p>

<p style="text-align: justify;">Kegiatan menggambar bersama anak-anak ini telah dilakukan oleh Tim Psikologi UP45 di Kamulan School, pada 16 Februari 2016, pukul 08.30-09.30. Kegiatan menggambar ini merupakan hasil kerjasama antara Kamulan School dengan Fakultas Psikologi UP45. Fakultas Psikologi UP45 sanggup untuk mengisi kelas menggambar di Kamulan School, selama 12 kali dalam semester genap 2015/2016. Oleh karena itu kegiatan itu selalu dilakukan pada minggu ketiga dan keempat.</p>

<p style="text-align: center;"><img alt="" src="/cni-content/uploads/files/images/Kamulan1A%20Bebas.3.jpg" style="height:285px; width:380px" /></p>

<div style="text-align: justify;">Tim Psikologi UP45 terdiri dari Arundati Shinta, dan 2 mahasiswa yang sarat prestasi yaitu Tri Welas Asih dan Sulfi Amalia. Tri Welas Asih adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UP45 yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh Fakultas Psikologi UP45. Ia juga aktif sebagai nara sumber pada berbagai radio di Yogyakarta. Sulfi Amalia, adalah mahasiswa Fakultas Hukum UP45. Ia juga senang dengan anak-anak dan sama sekali tidak canggung menjadi guru gambar anak-anak taman kanak-kanak.</div>

<div>&nbsp;</div>

<div style="text-align: justify;">Jumlah anak yang hadir dalam kegiatan menggambar ini ada 9 anak. Rentang usia mereka adalah 2 &ndash; 4 tahun. Dalam jangka waktu satu jam tersebut ternyata hanya 8 anak saja yang bersedia mengumpulkan hasil gambarnya. Adapun data yang diperoleh guru gambar dari Tim Psikologi UP45 adalah sebagai berikut:</div>

<div style="text-align: justify;">&nbsp;</div>

<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;"><strong>No</strong></p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;"><strong>Nama &amp; umur</strong></p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;"><strong>Judul gambar</strong></p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;"><strong>Cita-cita &amp; alasan</strong></p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">1</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Obin, 4 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Robot</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">Ingin menjadi ibu, karena sayang pada ibu</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">2</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Cheris, 4 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Orang-orang jalan di hutan, tenggelam karena hujan, ditolong oleh rusa</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">Ingin menjadi dokter, supaya bisa menyuntik mama</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">3</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Krisna, 4 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Robot singa, bawa pistol. Pistolnya ditutupi warna</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">Ingin menjadi polisi, biar bisa menembak musuh.</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">4</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Thisara, 4 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Rumah, tempat tidur, kulkas, ada orangnya namanya Ninda</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">Ingin emnjadi dokter, kalau ibu dan ayah sakit biar tidak ke rumah sakit tetapi bisa ke aku.</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">5</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Nadia, 3 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Laba-laba, semut,a da hujan, orangnya tenggelam</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">Ingon menjadi robot</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">6</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Nurin, 4 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Ayah, ibu, Nurin</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">Ingin menjadi dokter, supaya bisa periksa ibu dan ayah kalau lagi sakit.</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">7</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Arjuna, 5 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Robot kepala tiga</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">Ingin menajdi naga, supaya bisa membakar.</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">8</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Humaira, 3,5 th.</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Awan, gunungnya ada api, asa anggurnya, semangka, bebek kuning, ibu ungu setannya sembunyi</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">Ingin menjadi dokter supaya bisa suntik anak Nadia.</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">9</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Nara, 2 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Kereta</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">–</p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width:54px">
<p style="text-align: center;">10</p>
</td>
<td style="width:161px">
<p style="text-align: center;">Rio, 2,5 tahun</p>
</td>
<td style="width:236px">
<p style="text-align: center;">Mobil</p>
</td>
<td style="width:187px">
<p style="text-align: center;">–</p>
</td>
</tr>
</tbody>
</table>

<p style="text-align: justify;">&nbsp;Anak-anak di Kamulan School ternyata lucu dan pintar, serta berani menyatakan pendapatnya. Hal itu terlihat pada cita-citanya kelak kalau sudah besar. Mereka juga sudah bisa memberikan alasan dari cita-citanya itu.</p>

<p style="text-align: justify;"><strong>Sumber : http://kupasiana.psikologiup45.com</strong></p>