<p>Seminar kapita selekta migas yang diselenggaraan di ruang seminar universitas proklamasi 45 Sabtu, 12 Desember 2015, dengan tema “Aplikasi Petrofisik Dalam Eksplorasi Shale Gas Serta Prospek Dan Peluang Krjasama”. Kegiatan ini diselenggarakan oleh IATMI SM UP45 menghadirkan pembicara pertama Julianto P. Panjaitan yang merupakan Senior Petrophycist Cacanapihilips, pembicara kedua Sari Wulandari ST.,M.Sc (Consultant of Geology) dan Ir. Wirawan Widya Mandala, M.T (Ex. Senior Petroleum Engineer Chevron).</p>
<p>Shale gas saat ini merupakan topik yang lagi booming dibicarakan di indonesia, lalu apa itu shale gas?</p>
<p>Peringatan salah satu pangeran kaya Arab Saudi, Alwaleed bin Talal, terhadap potensi penurunan pendapatan negaranya akibat perkembangan shale gas di Amerika.</p>
<p>Shale gas melimpah, di Amerika Utara diperkirakan memiliki potensi 1000 triliun m3 shale gas yang bisa memasok gas Amerika lebih dari 50 tahun.</p>
<p>Menurut Geologis, di Dunia terdapat 688 Formasi shales berada pada 42 Cekungan Revolusi shale gas ini juga diperkirakan akan menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru. Tentunya dari sisi ekonomi hal ini akan sangat menguntungkan bagi Amerika yang saat ini masih berjuang untuk keluar dari krisis ekonomi.</p>
<p>Revolusi shale gas ini juga diperkirakan akan menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru. Tentunya dari sisi ekonomi hal ini akan sangat menguntungkan bagi Amerika yang saat ini masih berjuang untuk keluar dari krisis ekonomi.</p>
<p>Sari Wulandari ST.,M.Sc (Consultant of Geology) Memaparkan problematika yang timbul dari shale gas ini sebagai berikut :</p>
<ul style="list-style-type:circle">
<li>Proses fracking pada shale gas masih dianggap membahayakan lingkungan khususnya karena memerlukan air dengan jumlah yang besar serta penggunaan bahan-bahan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.</li>
<li>Besarnya produksi shale gas telah memicu penurunan harga beberapa sumber energi lainnya.</li>
<li>Harga batubara turun drastis dari harga US$ 192/metrik ton pada Juni 2008 menjadi US$ 96 per metrik ton pada September 2012.</li>
</ul>
<ul style="list-style-type:circle">
<li>Laporan OPEC juga menyebutkan bahwa permintaan minyak mentah dunia hingga 2015 yang diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 250 bph dari permintaan tahun 2013 atau sebesar 29,61 juta bph.</li>
</ul>
<ul style="list-style-type:circle">
<li>Penurunan harga minyak mentah dunia menjadi imbas dari turunnya permintaan minyak mentah.</li>
</ul>
<ul style="list-style-type:circle">
<li>Penggunaan dan pengembangan energi terbarukan juga akan terancam karena murahnya harga-harga sumber energi yang berasal dari minyak mentah, batubara dan gas alam.</li>
</ul>
<p><img alt="" src="/cni-content/uploads/files/images/552e6e780423bdb60a8b4567.png" /></p>
<p><strong>Jadi apa itu shale gas? Dan datangnya dari mana?</strong> Shale gas adalah gas alam yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau biasa berfungsi sebagai BATUAN INDUK, yang kaya akan material organik tempat terbentuknya gas bumi.</p>
<p>Shale gas terdapat di ‘BASINAL (shale formation) yang dalam di kedalaman lebih dari 2500m. Sedangkan gas alam konvensional biasanya ditemukan di cekungan lapisan bumi pada kedalaman ±800m atau lebih.</p>
<p>Karena terdapat di lapisan bebatuan (shale formation) maka diperlukan proses khusus untuk mengambilnya yaitu proses rekah hidrolik (hydraulic fracture atau fracking).</p>
<p>Proses fracking ini dilakukan pada pengeboran ke dalam bumi baik secara vertikal maupun horisontal dengan menggunakan air, bahan butiran seperti pasir proppant dan bahan-bahan kimia lainnya agar gas keluar lewat pori-pori batuan dan mengalir menuju sumur-sumur produksi. Secara umum, shale gas diperoleh dengan cara "memaksa" gas tersebut keluar dari bebatuan di dalam perut bumi melalui proses fracking.</p>
<p><strong>Jadi apakah shale gas merupakan potensi </strong></p>
<p><strong>atau ancaman bagi Indonesia ………..???????</strong></p>
<p>Tergantung pada kebijakan pemerintah terhadap sektor shale gas dan sektor energi lainnya, contoh :</p>
<ul style="list-style-type:circle">
<li>Sistem Production Sharing Contract (PSC) dengan masa eksplorasi yang 3 tahun X 2 bukan sebuah perjanjian kontrak yang dapat diterapkan dalam bentuk PSC yang ada di Indonesia.</li>
<li>Hal yang sama dengan pola produksi gas yang sangat tinggi didepan dan menurun secara cepat, akan sangat mempengaruhi keekonomiannya bila diberlakukan sistem First Tranche Petroleum (FTP) seperti yang berlaku sekarang</li>
</ul>
<p>Jika pemerintah mampu memanfaatkan shale gas dengan baik dan mengutamakan kepentingan nasional serta meminimalisir dampak dari penurunan harga dan ekspor komiditi energi lainnya, tentunya shale gas akan memberikan keuntungan bagi Indonesia baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi ketahanan energi.</p>
<p>Dan yang penting Mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia agar mampu Mengembangkan, mendidik, dan meningkatkan knowledge, skill dan mampu mengambil alih teknologi HC Shale.</p>
<p>Menentukan teknologi yang tepat, efektif, dan efisien merupakan kunci dari kesuksesan kegiatan ekstraksi shale gas.</p>
<p><strong>Jadi apakah Indonesia memiliki Sumber Daya</strong></p>
<p><strong> HC (oil & gas) Shale ………..???????</strong></p>
<p>Indonesia memiliki potensi shale gas yang besar, seperti Amerika. Bedanya, kita masih berencana mengambilnya.</p>
<p>Indonesia bisa belajar dari kesuksesan Amerika. Paling tidak ada tiga hal pokok yang perlu diketahui apabila ingin membandingkan shale gas di Indonesia dengan di Amerika.</p>
<ol>
<li>Geologi dan Riset. Diketahui bahwa batuan di Indonesia relatif lebih muda dibanding batuan di Amerika sehingga relatif lebih sulit dipecahkan ((brittle) yang tentunya sangat mempengaruhi teknik fracking yang diperlukan dalam mengambil gassehingga perlu i untuk mengetahui teknik fracking yang paling pas.</li>
<li>Dukungan infrastruktur. Selama operasi pengeboran hingga perekahan (fracking) membutuhkan banyak sekali truk-truk besar yang butuh kondisi jalan serta tuntutan standar keselamatan yang sangat tinggi.</li>
<li>Tantangan regulasi. Shale gas merupakan potensi energi yang tidak dapat dilakukan dengan pemikiran konvensional. Batuan yang mengandungnya berbeda dengan yang konvensional, cara pengambilan dan teknologinya berbeda, profil produksinya jauh berbeda dan tentu konsekuensinya menghasilkan profil keekonomiannya juga akan berbeda. Perbedaan-perbedaan ini tidak dapat diakomodasi dengan sekedar memodifikasi dari pemikiran kegiatan ekstraksi gas konvensional.</li>
</ol>
<p style="margin-left:36.0pt"> </p>
<p> </p>