Hubungan Antara Olahraga dan Pendidikan Karakter

<div style="text-align: justify;">Partisipasi dalam kegiatan olah raga secara rutin, sangatlah penting baik bagi kebugaran maupun pembentukan <strong>karakter</strong>. Untuk tujuan kebugaran, tentu kegiatan olah raga harus dilakukan secara rutin. Kira-kira seminggu tiga kali @ 1 jam. Berdasarkan pengalaman, kalau kita mampu secara rutin berolah raga seminggu 3 kali, maka badan kita terasa segar. Ini penting terutama untuk orang-orang yang terlalu banyak duduk didepan komputer.</div>

<div style="text-align: justify;">&nbsp;</div>

<div>
<div style="text-align: justify;">Bagaimana dengan pendidikan <strong>karakter</strong>? Olahraga jelas erat hubungannya dengan <strong>karakter</strong>, terutama untuk keperluan kompetisi. Kalau ada kompetisi, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Kalau mengalami kekalahan namun terus berolah raga secara rutin, maka hal itu menunjukkan bahwa individu pantang menyerah. Individu memandang kegagalan adalah kemenangan yang tertunda. Melakukan latihan fisik terus setelah mengalami kekalahan, bukan merupakan keputusan yang mudah. Hal ini karena kekalahan adalah menyakitkan. Apalagi bila individu melakukan latihan yang sangat berat sebagai bekal kompetisi, maka ia akan merasa impiannya terbuang sia-sia.</div>

<div style="text-align: justify;">&nbsp;</div>

<div style="text-align: justify;">Betulkah kekalahan dalam olah raga kompetisi itu membuat individu malas untuk mengulangi latihan? Individu bersedia melakukan latihan-latihan kembali setelah kekalahan yang dialaminya, menunjukkan bahwa individu mempunyai kualitas mental yang tangguh. Sangat tidak gampang untuk bangkit lagi setelah mengalami kekecewaan yang mendalam. Sangat dibutuhkan motivasi yang kuat, tekad sekeras baja, ketabahan, dan tentu saja impian untuk sukses. Sejatinya, aktif dalam kegiatan olah raga yang sifatnya kompetisi adalah dalam rangka mebangun <strong>karakter </strong>yang hebat dan tangguh. Harapannya, kelak kalau sudah tidak aktif lagi di dunia olah raga, maka kualitas-kualitas <strong>karakter</strong> itu tetap tertanam dan muncul dalam perilaku sehari-hari.</div>

<div style="text-align: justify;">&nbsp;</div>
</div>

<div style="text-align: justify;">Siaran di <strong>RRI</strong> kali ini adalah yang ke-148, semenjak dimulainya siaran di <strong>RRI </strong>pertama kali pada 18 Agustus 2012. Siaran di <strong>RRI</strong> ini dapat berlangsung dengan lancar berkat Nota Kesepemahaman antara <strong>RRI</strong> dan <strong>Fakultas Psikologi UP45</strong>, yang ditandatangani oleh Dra. Muslimah Zahro Romas, M.Si, selaku dekan. Nota Kesepemahaman itu disahkan pada 18 Agustus 2012. Perjanjian kerjasama itu berlangsung selama lima tahun yaitu sampai dengan Agustus 2017. Siaran ke-148 ini berlangsung pada 16 Maret 2016. Nara sumber yang hadir adalah Ibu Norita dari bagian Marketing UP45 dan Ibu Lina dari bagian CDC (Career Develpment Center). Pengelola tetap siaran di RRI adalah dua dosen yaitu FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A dan Ibu Dr. Arundati Shinta, M.Si.<br />
<br />
Kerjasama dengan pihak <strong>RRI</strong> ini menuai kesuksesan, karena telah melibatkan 38 mahasiswa dan 21 dosen serta karyawan <strong>UP45</strong>. Mereka bergantian menjadi nara sumber di RRI. Mahasiswa senang dengan acara di <strong>RRI</strong> karena melatih kemampuan <em>public speaking</em> atau berbicara di depan publik, melatih keberanian, dan melatih kreativitas dalam menjawab pertanyaan yang tidak diduga dari pendengar <strong>RRI</strong> di seluruh Indonesia. Selain itu, terlibat dalam siaran di <strong>RRI</strong> melatih mahasiswa untuk membuka-buka kembali pelajaran yang pernah diterimanya. Jadi siaran di <strong>RRI</strong> ini memacu pemahaman psikologi secara konkrit.</div>