Buka-Bukaan Dunia Tambang
Pertambangan merupakan industri yang kaya akan polemik. Ada banyak pandangan negatif terhadap dunia tambang terutama tentang pencemaran lingkungan, safety, kekonomian dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Akan tetapi, tak bisa juga dipungkiri bahwa industri ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi pendapatan negara. Bila dilihat secara objektif, tidak semua kontraktor yang mengabaikan aspek masyarakat dan lingkungan tersebut, namun tetap saja masih banyak masalah, pelanggaran, ketidakpuasan, maupun kritik terhadap kebijakan dan aktivitas pertambangan.
Daerah pertambangan umumnya menjadi tempat yang tertutup bagi publik. Mereka enggan untuk diliput maupun disoroti. Namun, hal ini tidak berlaku bagi PT Newmon Nusa Tenggara (NNT). NNT mengundang masyarakat untuk melihat langsung aktivitas pertambangannya yang kemudian ditulis dan dipublikasikan dalam bentuk buku .
Pada hari Rabu (14/12), buku “Buka-Bukaan Dunia Tambang” di bedah pada acara rutin Bedah Buku dan Diskusi EMGI UP45 yang ke-VII. Buku ini menjelaskan tentang program Sustainable Mining Bootcamp (SMB) yang diselenggarakan PT NNT di Batu Hijau, Sumbawa. Acara yang dihadiri oleh dosen-dosen di UP45 ini menghadirkan Dewi Handayani H. S.Psi., M.Psi. sebagai pembicara. Beliau merupakan Dosen Fakultas Psikologi UP45 sekaligus Wakil Rektor bidang II.
Dewi mengungkapkan bahwa isi buku tersebut merupakan kumpulan 16 cerita pengalaman peserta SMB. Peserta merupakan pemenang dari kontes menulis blogger tentang PT Newmont. Peserta berkesempatan mengunjungi daerah ekplorasi tambang selama 5 hari. Aktivitas yang dilakukan adalah mining experience, social experience dan natural experience. Kegiatan ini diadakan untuk membuka pandangan umum tentang sisi lain dari Newmont. “Dari 16 artikel peserta, semuanya mengangkat permasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat lokal lingkar tambang “ kata Dewi.
Pada acara tersebut Dewi memaparkan bahwa para peserta dalam tulisannya menceritakan bila NNT telah memberikan berbagai fasilitas fisik pada masyarakat lokal, mulai dari irigasi, puskesmas, sekolah, posyandu, sarana air bersih, masjid, alat pertanian dll di empat desa lingkar tambang. Namun, masyarakat tidak pernah merasa puas terhadap bantuan tersebut, selalu menuntut lebih dan lebih. Inilah yang menjadi problem utama. “Fasilitas fisik yang diberikan tidak diimbangi dengan sentuhan Capacity Building oleh Newmont sehingga ketergantungan masyarakat menjadi sangat besar pada Newmont ” tutur Dewi. (D.S. / D.H.H.)