Keterbatasan Finansial = Pemicu Untuk Menjadi Sarjana Unggul

Kesediaan mahasiswa untuk menimba ilmu selalu dikonotasikan dengan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah. Setelah selesai menimba ilmu maka mahasiswa akan mendapatkan gelar sarjana, magister, atau doktor. Ilmu yang ditimba itu telah disusun oleh Program Studi sesuai dengan panduan-panduan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Riset & Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Oleh karena sudah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, maka kompetensi sarjana menjadi hampir sama di seluruh Indonesia. Kalau pun ada perbedaannya, maka perbedaan itu terjadi karena pengaruh muatan lokal. Muatan lokal itu tercermin dalam pelajaran wajib lokal. Pelajaran wajib lokal inilah yang sering menjadi brand atau merek dari suatu Program Studi.

Penyusunan mata kuliah lokal ini dilakukan dengan cara menggali potensi-potensi khas di daerah tempat Perguruan Tinggi itu berada. Oleh karena mata kuliah lokal ini menjadi ciri pembeda dari Program Studi, maka para dosen, mahasiswa beserta tim kreatifnya tentu akan menciptakan kegiatan yang menarik masyarakat untuk mengunjungi Program Studi. Harapannya adalah ada banyak calon mahasiswa yang bersedia menuntut ilmu pada Program Studi yang kreatif tersebut. Prodi yang kreatif tentu akan menciptakan kegiatan yang gratisan sifatnya namun berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, termasuk mahasiswa. Kegiatan ilmiah dan gratisan itu merupakan bentuk perilaku kecendekiawanan Prodi. Agar kegiatan tersebut dapat menarik minat banyak orang, maka perlu sosialisasi.
Persoalan yang relevan dengan kesediaan mahasiswa untuk menimba ilmu di luar Prodinya ada tiga.
  1. Mahasiswa sering kurang informasi tentang kegiatan-kegiatan kreatif namun gratis tersebut. Kurangnya informasi itu cukup memprihatinkan, mengingat mahasiswa jaman sekarang adalah termasuk manusia generasi Y. Generasi Y adalah manusia yang sangat pintar, mampu mengerjakan berbagai tugas sekaligus (multi tasking), dan tentu saja hidupnya tidak terpisahkan dengan perangkat gadget.
  2. Kurang pedulinya pada penataan masa depan. Masa depan para mahasiswa adalah nanti saja dipikirkan, setelah mereka lulus sarjana. Masa depan bisa saja berarti bekerja, membuka usaha, menikah, menganggur, menempuh studi lanjut, menganggur dahulu, mengikuti kursus-kursus, atau sekedar duduk-duduk sambil melihat-lihat situasi
  3. Mahasiswa cenderung merasa dirinya inferior bila duduk bersanding dengan mahasiswa dari universitas besar lainnya. Sebagai akibatnya, ia cenderung menarik diri dan enggan bergaul dengan mahasiswa dari universitas lainnya
Sebenarnya, keterbatasan finansial bukanlah alasan utama bagi seorang mahasiswa untuk menuntut ilmu tambahan di luar Prodi. Sangat banyak lembaga di Yogyakarta ini yang menawarkan berbagai kursus, pelatihan, seminar atau sekedar diskusi bersama. Hal ini karena Yogyakarta adalah gudangnya universitas. Hampir semua universitas menawarkan ajang penimbaan ilmu secara gratis.
 
Adalah Mohammad Ridwan, mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta angkatan tahun 2014/2015. Ia berasal dari Madura. Ia sempat bingung menghadapi situasi di kampus Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Kampusnya memang sangat mungil bila dibandingkan dengan UGM. Ada banyak temannya yang juga kebingungan menghadapi situasi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, sehingga daya adaptasinya rendah. Ridwan mempersepsikan bahwa keterbatasan kampusnya dan keterbatasannya dalam hal finansial bukan halangan untuk maju. Persepsi positif itu memperkuat daya adaptasinya. Bahkan ia bercita-cita untuk melanjutkan studi S2 di UGM. Apa saja yang dilakukan Ridwan untuk menggapai cita-citanya itu?
 
Persiapan Ridwan untuk menembus pintu gerbang S2 di UGM adalah sangat unik. Persiapan itu antara lain:
  • Berusaha untuk menerima dirinya apa adanya (self-acceptance). Ia menerima keterbatasan finansial yang dialaminya dengan tersenyum. Ini adalah tahap gawat darurat, karena ini adalah tahap fondasi untuk terbang menggapai cita-cita. Tahap ini sangat tidak mudah baginya, sehingga nilai-nilai pelajarannya sempat turun dan angka mangkir kuliah tinggi.
  • Mempersepsikan positif dan mensyukuri semua situasi dan kondisi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Ini adalah bentuk penerimaan diri mengenai sekolah tempatnya menimba ilmu. Ia bisa memahami keterbatasan sekolahnya
  • Persepsi positif itu menggiringnya untuk tidak menyerah pada keadaan. Ia segera mengeluarkan jurus pertemanan baik di dunia nyata maupun dunia maya. Ia mengharuskan diri keluar kampus untuk bergaul dengan mahasiswa dari universitas lain. Di sinilah pentingnya persepsi positif kepada UP45. Bila mahasiswa UP45 merasa inferior dengan kampusnya, maka ia tidak akan berani bergaul dengan mahasiswa dari UGM atau univesitas besar lainnya. Ridwan berani bergaul dengan dengan berbagai universitas besar dan kecil di seluruh Indonesia
  • Hasil dari pergaulan sosialnya yang luas adalah ia mendapatkan informasi tentang kursus, pelatihan, seminar atau sekedar bedah buku yang sifatnya gratisan. Ia menimba ilmu di luar UP45 dengan bersemangat. Selama mengikuti pertemuan-pertemuan gratis itu ia juga mengharuskan dirinya untuk selalu aktif bertanya pada nara sumber. Dampaknya ia selalu mendapatkan hadiah buku gratis dari penulis / penerbit. Koleksi perpustakaan pribadinya menjadi penuh
Usaha-usaha tersebut dilakukan dengan sepenuh hati. Bahkan jadwal untuk mengikuti seminar secara gratisan pada bulan depan, sudah penuh. Hal yang unik lainnya adalah Ridwan selalu berusaha untuk datang ke lokasi pertemuan-pertemuan itu dengan gratis pula. Usahanya yaitu membonceng teman, meminjam motor teman, atau naik sepeda. Berikut adalah 26 bukti partisipasinya hadir pada pertemuan-pertemuan bergengsi, namun gratisan.
  • Diskusi Panel “Reformasi Tata Kelola Migas”. Penyelenggara: EMGI, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 2 November 2014
  • Seminar Global Student Technology Competition 2015. Penyelenggara: Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 19 November 2014.
  • Seminar “Menghadapi ASEAN Community 2015”. Penyelenggara: Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 4 April 2015.
  • Seminar Prospek Perbankan dan Pasar Modal syariah di Inonesia. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 9 Juni 2015.
  • Dialog “Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme”. Penyelenggara: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jogja Expo Center Yogyakarta, 28 Oktober 2015.
  • Seminar International “Semaul Undong”. Penyelenggara: Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta, 24 November 2015.
  • Simposium Pemuda Indonesia. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 29 November 2015.
  • Seminar Nasional “Sustaining Our Paradise”. Penyelenggara: Himpunan Pariwisata UGM Yogyakarta, 5 Desember 2015.
  • Seminar Nasional “Kejayaan Indonesia Poros Maritim Dunia”. Penyelenggara: Fakultas Geografi UGM Yogyakarta, 18-22 Januari 2016.
  • Diskusi Konferensi Satuan Tugas Anti Narkoba. Penyelenggara: Universitas Janabadra Yogyakarta, 20 Maret 2016.
  • Kursus Pancasila. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 30 Mei 2016.
  • Pelatihan Leadership. Penyelenggara: UP45 Yogyakarta, 24 Maret 2016.
  • Sekolah Kepemimpinan. Penyelenggara: HMI Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 7-9 April 2016
  • Kongres Pancasila VIII. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 31 Mei-1 Juni 2016.
  • Seminar “Pendidikan di Papua”. Penyelenggara: UIN Yogyakarta, 5 Juni 2016.
  • Pelatihan CV dan Interview. Penyelenggara: IATMI Univesitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 2 Juni 2016
  • Seminar Nasional “Public Action 2016”. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 13 Oktober 2016.
  • Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa. Penyelenggara: Ristek Dikti & STTNAS Yogyakarta, 17-19 Oktober 2016
  • Seminar Nasional “Pengembangan Kebijakan dan Regulasi Pemberdayaan dan Antariksa. Penyelenggara: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 20 Oktober 2016.
  • Seminar Nasional “Anti Corruption Summit 2016”. Penyelenggara: UGM Yogyakarta, 25 Oktober 2016.
  • Seminar “Pemimpin Bangsa Indonesia Mendatang”. Penyelenggara: Kesbang dan Widya Mataram Yogyakarta, 21 November 2016.
  • Seminar Nasional “Mendorong Peningkatan Kapasitas Governance Lokal. Penyelenggara Univesitas Aisyiah (UNISA), 24 November 2016.
  • Making ASEAN work in Indonesia: Contemporary Updates. Penyelenggara: Fisipol UGM Yogyakarta, 6 Desember 2016
Apa saja manfaat yang bisa dipetik dari usaha-usaha kreatif dari Mohammad Ridwan ini? Usaha Ridwan itu adalah untuk merenda keberuntungannya dalam menempuh studi S2 di UGM. Salah satu persyaratan studi lanjut itu adalah mendapatkan rekomendasi dari dosen / pakar. Berkat pergaulannya yang luas itu, sangat mudah bagi Ridwan untuk mendapatkan rekomendasi. Selain itu, daftar seminar yang ia ikuti akan memenuhi SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijasah) yang kelak akan diterimanya pada saat wisuda berlangsung. Usaha yang gigih dari Ridwan ini tidak terlepas dari tangan dingin Wahyu Suro, dosen di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Beliau terkenal dekat dengan mahasiswa.
 
Tulisan ini adalah materi siaran di RRI Yogyakarta pada 7 Desember 2016. Siaran ini terlaksana sebagai implementasi kerjasama antara RRI Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45. Pakar yang hadir pada siaran kali ini adalah ibu Melda Arianti, dosen Teknik Perminyakan UP45 dan ibu Norita, staf Komunikasi & Development di UP45. Semoga siaran ini terus berlangsung dengan lancar. [SUMBER]